Focus Group Discussion (FGD): Kelompok Keahlian Geodesi (KKG) yang diadakan oleh Badan Informasi Geospasial

Universitas Gadjah Mada, 4 November 2024 – Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan bangga menyelenggarakan Lokakarya Focus Group Discussion (FGD) Kelompok Kerja Geodesi (KKG) pada hari Senin, 4 November 2024. Acara ini berlangsung di Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik UGM, dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari institusi akademis, pemerintah, dan industri.

Lokakarya ini dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan kedatangan dan registrasi peserta. Setelah registrasi, acara dibuka secara resmi oleh [Nama Pembuka Acara], yang menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam bidang geodesi untuk mendukung pengembangan infrastruktur dan data geospasial di Indonesia.

Sesi pertama dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan tema “Pengantar dan Studi Kasus,” yang dimoderatori oleh Kosasih Prijatna dari Institut Teknologi Bandung. Dalam sesi panel tersebut, dua pembicara utama, Mohamad Arief Syafi’i, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar dari Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Bayu Triyogo Widyantoro, Plt. Direktur Sistem Referensi Geospasial di BIG, membahas topik yang sangat relevan, yaitu: Kerangka Referensi Geospasial Tunggal Indonesia – Dukungan untuk SDGs

Pada presentasinya, Bapak Mohamad Arief Syafi’I menyampaikan terkait urgensi adanya integrasi sistem referensi antara darat dan laut. Perubahan yang terjadi baik di darat maupun di laut akan saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan di darat akan mengakibatkan fenomena di laut, dan begitu pula sebaliknya perubahan di laut akan mengakibatkan perubahan di darat. Perubahan kenaikan muka air laut terjadi di lautan, namun memberikan dampak yang besar di daratan. Perubahan garis pantai dan penurunan muka tanah di darat juga mempengaruhi lautan. Oleh karena itu, keduanya harus saling terintegrasi satu sama lain. Tantangannya saat ini adalah bagaimana mengintegrasikan keduanya, melalui integrasi mengintegrasikan kerangka kontrol horizontal dan vertikal untuk darat dan laut. Bapak Deputi menjabarkan pentingnya proses ini guna mendukung konektivitas dan integrasi antara darat dan laut.

Pada pemaparannya, Bapak Bayu menjabarkan lebih detail dan teknis terkait implementasi SRGI2013 untuk integrasi DG darat dan laut. Dalam presentasinya, Pak Bayu menyampaikan bagaiman IGD dapat berperan dalam proses integrasi. Penentuan unsur-unsur yang ada di peta juga telah didefinisikan, seperti batas tertinggi, rata-rata, dan terendah garis pantai. Pak Bayu juga menjelaskan jika nantinya Peta Rupabumi Indonesia (RBI), Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) semua akan tergabung dan terintegrasi menjadi Peta Rupabumi, hanya unsur-unsur tertentu yang membedakan antara darat dan laut. Pak Bayu kemudian menunjukkan alur yang telah disusun dan menjadi bahan diskusi bersama untuk proses brainstorming pengintegrasian DEM darat dan juga lautan.

Setelah presentasi, sesi dilanjutkan dengan diskusi interaktif selama 30 menit, yang menghasilkan dokumen ringkasan terkait tantangan dan isu mengenai aspek geodesi dalam integrasi data geospasial darat dan laut. Acara kemudian memasuki sesi coffee break pada pukul 10.00 WIB, di mana peserta memiliki kesempatan untuk berdiskusi dan menjalin jaringan. Sesi kedua dimulai pada pukul 10.30 WIB dengan fokus pada “Panduan Praktis dalam Menentukan Common Datum Penyelarasan Data Geospasial Darat dan Laut.” Sesi ini dibagi menjadi beberapa sub tema, masing-masing dipimpin oleh ketua dan anggota panel yang berpengalaman:

Ruang: R1

  • Sub Tema: Sistem dan Kerangka Referensi Geospasial Horisontal
  • Ketua: Irwan Meilano (Institut Teknologi Bandung)
  • Anggota: Heri Andreas, Nurrohmat Widjajanti, Cecep Pratama, Dedi Atunggal (Universitas Gadjah Mada)

Diskusi menghasilkan dokumen inventarisasi permasalahan dan panduan praktis.

Diskusi Sistem dan Kerangka Referensi Geospasial Horisontal

Ruang: R2

  • Sub Tema: Datum dan Model Pasang Surut Laut
  • Ketua: Ibnu Sofian (Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial, BIG)
  • Anggota: Wiwin Windupranata, Abdul Basith, Danar Guruh Pratomo, Bambang Kun Cahyono

Diskusi berfokus pada inventarisasi permasalahan terkait datum dan model pasang surut.

Diskusi Datum dan Model pasang Surut Laut

Ruang: R3

  • Sub Tema: Sistem dan Kerangka Referensi Geospasial Vertikal
  • Ketua: Khafid (Direktur Pemetaan Batas dan Nama Rupabumi, BIG)
  • Anggota: Leni Sophia Heliani, Dudy Darmawan Wijaya, Ira Mutiara Anjasmara, Brian Bramanto

Diskusi ini juga menghasilkan dokumen panduan praktis.

Diskusi Sistem dan Kerangka Referensi Gesopasial Vertikal

Setelah sesi kedua, peserta menikmati makan siang bersama pada pukul 12.00 WIB, yang memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih lanjut. Sesi lanjutan dimulai pada pukul 13.00 WIB, melanjutkan diskusi mengenai panduan praktis dalam menentukan common datum. Sesi ini mencakup:

Diskusi lebih mendalam mengenai tantangan dan solusi dalam penyelarasan data geospasial. Penyusunan dokumen panduan praktis sebagai hasil akhir lokakarya. Acara ditutup pada pukul 16.00 WIB dengan sesi ketiga yang mengangkat tema “Simpulan.” Pembicara Bayu Triyogo Widyantoro memimpin penyusunan simpulan ringkasan panduan praktis mengintegrasikan data geospasial darat dan laut. Penutupan disampaikan oleh Mohamad Arief Syafi’i, yang mengapresiasi partisipasi semua pihak dalam lokakarya ini.

Diharapkan, hasil dari lokakarya ini dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik dalam bidang geodesi di Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut mengenai acara ini, silakan kunjungi website resmi Fakultas Teknik UGM.