• Tracer Study
  • Portal Civitas Akademik
  • SSO Login
  • 🇺🇸 EN
Universitas Gadjah Mada Departemen Teknik Geodesi
Universitas Gadjah Mada
  • Profil
    • Apa itu Teknik Geodesi?
    • Sejarah DTGD
    • Visi dan Misi Departemen
    • Struktur Organisasi
    • Staf Pengajar
    • Staf Tenaga Kependidikan
  • Program Studi
    • Sarjana Teknik Geodesi
    • Magister Teknik Geomatika
    • Doktor Teknik Geomatika
    • International Undergraduate Program of Geodetic Engineering
  • Kemahasiswaan
    • Admisi
    • Organisasi Mahasiswa
    • Kegiatan Mahasiswa
    • Tinggal di Jogja
  • Riset dan Publikasi
    • Kelompok Bidang Keahlian
      • Lab/KBK Survei Keteknikan
      • Lab/KBK Hidrografi
      • Lab/KBK Geodesi Geometri dan Geodesi Fisis
      • Lab/KBK Kadaster dan Teknik Geoinformatika
      • Lab/KBK Teknik Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
    • Penelitian-Pengabdian Masyarakat
    • Jurnal JGISE
    • Konferensi CGISE
    • Geo-Land-SEA 2023
  • Layanan
    • SIJAMU DTGD
    • Safety, Health, and Environment (SHE)
    • Layanan Akademik
    • Perpustakaan Terpadu UGM
    • Layanan TI
    • Fasilitas Pendukung
    • Hasil Survei
  • Beranda
  • SDGs13
  • SDGs13
Arsip:

SDGs13

UGM Kukuhkan Prof. Harintaka sebagai Guru Besar di Bidang Teknik Fotogrametri

Berita Jumat, 25 April 2025

Yogyakarta, 24 April 2025 – Universitas Gadjah Mada (UGM) mengukuhkan Prof. Dr. Ir. Harintaka, S.T., M.T., IPU., ASEAN.Eng., sebagai Guru Besar dalam bidang Teknik Fotogrametri pada Fakultas Teknik dalam upacara yang digelar di Balai Senat UGM, Kamis (24/4/2025). Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Teknologi Fotogrametri: Perkembangan dan Kontribusinya untuk Penyediaan Informasi Geospasial yang Akurat dan Terpercaya”, Prof. Harintaka menekankan peran vital fotogrametri dalam menyelesaikan berbagai masalah kompleks seperti sengketa tanah, kerusakan lingkungan, dan pembangunan infrastruktur. Ia menjelaskan bahwa informasi geospasial yang akurat dan terpercaya merupakan fondasi penting untuk pengambilan keputusan berbasis data. 

Prof Harintaka sedang pidato ilmiah terkait Teknik Fotogrametri

Prof. Harintaka memaparkan perkembangan fotogrametri melalui empat fase evolusi, dimulai dari fase analog dengan menggunakan kamera metrik dan stereo plotter optis-mekanis, fase analitik yang memperkenalkan komputasi untuk triangulasi udara pada 1950-an, fase digital dengan integrasi sensor GNSS-IMU dan kamera digital di tahun 2000-an, hingga fase visi komputer dan kecerdasan buatan yang memanfaatkan teknologi seperti Structure-from-Motion (SfM), deep learning (NeRF), dan point cloud untuk pemodelan 3D. Ia juga menyoroti bagaimana teknologi digital twin dan City Digital Twin (CDT) telah menjadi tulang punggung pengembangan smart city, dengan fotogrametri berperan sebagai penyedia data utama.

Foto Prof Harintaka dengan Dekan Fakultas Teknik dan Profesor dari Departemen Teknik Geodesi FT UGM

Sebagai ahli di bidangnya, Prof. Harintaka tidak hanya aktif dalam dunia akademik tetapi juga berkontribusi secara nyata bagi Indonesia. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Komite Rekomendasi Register Surveyor Indonesia dan auditor BAN PT, serta terlibat dalam penyusunan standar kompetensi fotogrametri nasional. Risetnya berfokus pada integrasi machine learning untuk pemetaan darurat bencana dan pemantauan lingkungan, menunjukkan relevansi keilmuannya dengan kebutuhan aktual di masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Harintaka juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga, kolega, dan almamater UGM yang telah mendukung perjalanan kariernya. “Ini adalah hasil dukungan banyak pihak, terutama istri dan anak-anak saya yang selalu mendampingi,” ujar penerima Satyalancana Karya Satya XX ini. Prof. Harintaka, yang meraih gelar Doktor Teknik Geomatika UGM pada 2012 dan Magister dari ITB pada 2000, kini menjadi Guru Besar ke-3 di Departemen Teknik Geodesi FT-UGM. Dengan berbagai penghargaan seperti Satyalancana Karya Satya XX (2019) dan Soetanto Award (2006), pengukuhannya ini semakin memperkuat posisi UGM sebagai pusat inovasi geospasial di Indonesia.

Dosen dan Mahasiswa Master Teknik Geomatika FT UGM gunakan Google Earth Engine untuk Pantau Kualitas Air Danau Sentarum

Penelitian Kamis, 20 Februari 2025

Yogyakarta – Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai Kalimantan I Pontianak memanfaatkan teknologi penginderaan jauh untuk memantau kualitas air Danau Sentarum di Kalimantan Barat. Penelitian yang dipublikasikan di IOP Conference Series: Earth and Environmental Science ini menggunakan data satelit Sentinel-2 pada platform Google Earth Engine.

Penelitian oleh M. Rifai dan Prof. Harintaka dari Departemen Teknik Geodesi UGM ini fokus memantau parameter kualitas air berupa klorofil-a (Chl-a) dan total suspended solids (TSS) di Danau Sentarum. Dengan memanfaatkan algoritma berbasis indeks spektral seperti Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI), Normalized Difference Chlorophyll Index (NDCI), dan Normalized Difference Turbidity Index (NDTI), penelitian ini mampu memetakan kondisi air secara detail.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air Danau Sentarum secara umum berada dalam kondisi baik, meskipun terdapat fluktuasi nilai Chl-a dan TSS setiap tahunnya,” ujar Rifai dalam keterangannya.

Penelitian ini menemukan bahwa nilai Chl-a cenderung meningkat pada periode 2020-2022, yang dikaitkan dengan fenomena La Nina yang meningkatkan curah hujan, sehingga berdampak pada peningkatan nutrien di danau. Sementara itu, konsentrasi TSS relatif stabil dan masih berada dalam ambang batas yang tidak berdampak negatif terhadap ekosistem perairan.

Prof. Harintaka menambahkan bahwa pemanfaatan Google Earth Engine dapat menjadi solusi efektif dalam pemantauan kualitas air di wilayah perairan yang luas dan sulit dijangkau. “Dengan teknologi ini, pengawasan kualitas air danau bisa dilakukan secara berkala tanpa harus selalu turun ke lapangan,” jelasnya.

Dengan adanya pemantauan rutin ini, diharapkan pengelolaan Danau Sentarum sebagai salah satu danau prioritas nasional dapat berjalan lebih optimal, terutama dalam menjaga fungsi ekologis dan sosial bagi masyarakat sekitar.

Untuk membaca publikasi lengkap penelitian ini, kunjungi tautan berikut:
👉 Analysis of Water Quality Dynamics of Sentarum Lake, Indonesia, with Water Index Application and Water Parameter Algorithm Methods Using Google Earth Engine.

GEOLANDSEA 2025-HARI KEDUA: Sinergi Teknologi Geospasial dan Tata Kelola Maritim dalam Menjawab Tantangan Global

Berita Jumat, 14 Februari 2025

Yogyakarta, 13 Februari 2025 – Konferensi Geo-Land-Sea 2025 hari kedua di Yogyakarta mengkristalkan kolaborasi multidisiplin antara kebijakan maritim, inovasi geospasial, dan kecerdasan buatan untuk tata kelola darat-laut terpadu. Dr. Serene Ho dari University of Melbourne membuka diskusi dengan paparan kritis tentang ancaman perubahan iklim di zona pesisir Asia Timur-Pasifik, di mana 64% wilayahnya terancam kenaikan muka air laut. Data lapangan dari 18 negara menunjukkan bahwa hanya 29% program mitigasi yang secara spesifik menyasar adaptasi pesisir, padahal proyeksi kebutuhan lahan untuk adaptasi di kawasan ini mencapai 94 juta hektar, termasuk 12 juta hektar untuk Indonesia. Studi kasus di Delta Mekong (Vietnam) dan Sabah (Malaysia) mengungkap peran digital twin ekosistem mangrove berbasis sensor IoT dan sistem peringatan dini AI yang mampu memprediksi intrusi air asin dengan akurasi 92%. Dr. Ho menegaskan, “Integrasi data satelit resolusi tinggi dengan model hidrodinamika menjadi kunci pembuatan kebijakan adaptasi berbasis bukti.”

Dr Serene Ho memberika materi yang menjadi topik di Geolandsea

Di ranah hukum maritim, Dr. I Made Andi Arsana (UGM) memetakan kompleksitas batas ZEE Indonesia-Vietnam-Philipina di Laut China Selatan melalui visualisasi 3D interaktif. Dengan merujuk Pasal 76 UNCLOS 1982, ia menekankan pentingnya diplomasi berbasis data geospasial untuk mengatasi klaim tumpang-tindih di 7 titik panas geopolitik. “Pemetaan batas maritim harus mempertimbangkan dinamika geologi dasar laut, bukan sekadar koordinat permukaan,” tegasnya. Dr. Zaki Mubarok (KKP) melengkapi dengan analisis kebijakan blue economy, mengungkap bahwa dari 138 regulasi kelautan Indonesia, hanya 4 dokumen yang secara eksplisit terintegrasi dengan SDGs. Kritik tajamnya menyasar praktik sea grabbing oleh korporasi yang mengklaim 1,2 juta hektar perairan Indonesia melalui interpretasi sepihak atas Pasal 33 UUD 1945.

Revolusi teknologi geospasial menjadi poros sesi teknis. Dr. Ruli Andaru (UGM) mempresentasikan perbandingan akurasi empat metode pemetaan survei definisi tinggi (High-Definition Survey/ HDS) untuk pembentukan model urban 3D, yakni: (1) LIDAR, metode ini memiliki presisi dan akurasi geometri paling tinggi dibanding metode lainnya, namun masih terdapat beberapa bagian fasad bangunan yang tidak ter-scan dengan lengkap; (2) Foto verikal unggul di area terbuka dengan efisiensi biaya 40% lebih rendah, lebih efisien, murah, praktis, dan cepat digunakan, namun hasilnya tidak begitu akurat, begitu pula model 3D yang dihasilkannya; (3) SLAM (Simultaneous Localization and Mapping) menunjukkan hasil yang luar biasa realistis, dimana point cloud scan SLAM mencapai 10 kali lebih rapat dibandingkan hasil LiDAR, namun, data ini sangatlah berat dan hanya mampu scan bagian fasad saja tanpa adanya atap ataupn bagian lain; (4) Foto oblique menghasilkan point cloud yang paling lengkap diantara yang lainnya namun cara dan waktu pengolahannya menjadi sebuah tantangan. Inovasi juga datang dari Dr. Muhammad Imzan bin Hassan (UTM Malaysia) dengan 4D Marine Cadastre – sistem kadaster maritim yang mengintegrasikan data pasang-surut, sedimentasi, dan perubahan garis pantai temporal. “Dengan memadukan data GNSS CORS, batimetri multibeam, dan model Machine Learning, sistem ini mampu memprediksi pergeseran batas laut 5 tahun ke depan dengan kesalahan <1 meter,” paparnya.

Diskusi terbuka antar ahli terkait manajemen darat dan laut di dunia

Kecerdasan buatan dan blockchain menjadi game-changer dalam tata kelola aset maritim. Bagus Imam Darmawan (MAPID) mendemonstrasikan platform AI mereka yang mengolah 700 parameter geospasial – mulai dari kedalaman air, jarak dari pelabuhan, hingga frekuensi badai – untuk memprediksi nilai properti pesisir. “Di Pangandaran, sistem ini membantu pemerintah meningkatkan penerimaan pajak bumi-bangunan laut dari Rp12 miliar ke Rp22 miliar per tahun dengan akurasi 89%,” ungkapnya. Benny Emor (Geosquare) memperkenalkan sistem kadaster digital berbasis blockchain Hyperledger yang mencatat 12.000 transaksi tanah maritim di Kepulauan Riau tanpa insiden pemalsuan. Di sisi infrastruktur, Dedi Atunggal (UGM) meluncurkan aplikasi Positioning Infrastructure Recommender berbasis Android yang menggunakan algoritma klastering untuk merekomendasikan stasiun GNSS terdekat berdasarkan kualitas sinyal, dilengkapi peta akurasi posisi real-time di seluruh Indonesia. Beliau meluncurkan aplikasi Positioning Infrastructure Recommender yang terhubung dengan 258 stasiun GNSS Indonesia, menggunakan algoritma DBSCAN untuk mengklaster kualitas sinyal real-time. “Pengguna di Merauke bisa langsung terhubung ke stasiun CORS terdekat dengan latency <50 ms, mengurangi kesalahan posisi dari 10 meter ke 2 centimeter,” jelasnya.

Foto bersama antar ahli terkait manajemen darat dan laut di dunia

Workshop secara resmi ditutup oleh Ketua Panitia, Dr. I Made Andi Arsana, yang dalam closing remark-nya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh pembicara, peserta, serta pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan acara Geo-Land-SEA 2025. Ia menekankan bahwa diskusi dan pemaparan dalam workshop ini telah membuka wawasan baru serta memperkuat sinergi antara akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan di bidang geospasial dan ekonomi biru. Dr. Andi Arsana juga mengungkapkan harapannya agar kolaborasi yang telah terjalin dalam forum ini tidak hanya berhenti di sini, tetapi terus berkembang melalui riset, inovasi, dan implementasi kebijakan yang berkelanjutan.

GEOLANDSEA 2025 HARI PERTAMA: Transformasi Digital Geospasial Kunci Integrasi Tata Kelola Darat-Laut

Berita Jumat, 14 Februari 2025

Yogyakarta, 12 Februari 2025 — Departemen Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengawali konferensi internasional Geo-Land-Sea 2025 dengan fokus pada revolusi digital dalam sains data geospasial. Acara yang diikuti 40 peserta luring dan 60 daring ini menghadirkan pakar global untuk menjawab kompleksitas tata ruang terintegrasi di negara kepulauan.

Dekan DTGD UGM, Prof. Selo, dalam sambutannya menegaskan, “Integrasi data darat-laut melalui teknologi mutakhir bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan krusial untuk ketahanan pangan, mitigasi bencana, dan pemerataan pembangunan.” Pernyataan ini diamini Ketua Panitia Dr. I Made Andi Arsana yang menyebut konferensi ini sebagai “laboratorium ide untuk menyinkronkan kebijakan publik dengan inovasi geospasial.”

Puncak acara hari pertama diisi empat keynote speaker internasional. Prof. Walter de Vries dari Technical University of Munich (TUM) memaparkan konsep “Smart Sea Fence” — sistem pemantauan maritim berbasis kecerdasan buatan yang mampu memprediksi perubahan garis pantai secara real-time. “Teknologi ini telah diujicoba di Delta Mekong dan siap diadaptasi untuk pantai Indonesia yang dinamis,” jelasnya.

Pemaparan materi dari Prof Trias Aditya

Prof. Christoph Claramunt dari Naval West France Univ memperkenalkan prototipe “Digital Twin Samudra”, model virtual yang mensimulasikan interaksi arus laut, sedimentasi, dan dampak perubahan iklim. “Laut bukan sekadar hamparan air, tetapi ruang hidup kompleks yang membutuhkan pemodelan multidimensi,” tegasnya. Sementara Prof. Trias Aditya (UGM) mendemonstrasikan sistem kadaster augmented reality (AR) yang memvisualisasikan batas tanah 3D melalui gawai, terobosan yang disebutnya “revolusi partisipatif dalam resolusi sengketa lahan.”
Isu teknis sistem referensi vertikal diangkat Prof. Leni Sophia Heliani melalui “Geoid2020”, standar tinggi terpadu untuk menyelaraskan data topografi darat dan batimetri laut. “Konsistensi referensi geospasial ini krusial untuk infrastruktur strategis seperti tol laut dan tanggul raksasa,” paparnya.

Diskusi sesi siang membahas implementasi industri

Sesi siang menyoroti implementasi industri. Yantisa Akhadi, Data Scientist GoTo, membagikan algoritma K-Means untuk mengoptimasi 45 juta transaksi harian dengan analisis klaster lokasi pengguna. “Akurasi titik layanan meningkat 92% berhasil tekan biaya logistik,” ujarnya. Dr. Rizqi Abdulharis (ITB) melengkapi dengan studi kasus tata kelola terintegrasi 3R (Hak, Pembatasan, Tanggung Jawab) di Kepulauan Maluku.

Acara ditutup dengan ekshibisi teknologi AR untuk pemetaan partisipatif dan gala dinner berbahan seafood berkelanjutan. Hari kedua akan fokus pada kebijakan blue economy dan aplikasi AI dalam valuasi aset maritim, mengusung tema “Governance of Land-Sea Resources & Geospatial Technology”.

Penelitian Ungkap Dampak Gempa Tuban-Bawean dengan Teknologi Penginderaan Jauh

Penelitian Kamis, 6 Februari 2025

Tim peneliti lintas perguruan tinggi menggunakan teknologi penginderaan jauh untuk menganalisis dampak gempa berkekuatan M6,4 yang terjadi di Tuban-Bawean, Jawa Timur, pada 22 Maret 2024. Penelitian ini dipublikasikan di BIO Web of Conferences dan menekankan pentingnya integrasi teknologi geospasial dalam mitigasi bencana.

Penelitian oleh Siti Asmayanti Tuasamu dan Prof Nur Cahyadi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan kolaborasi para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan sejumlah perguruan tinggi lainnya. Prof. Nurrohmat Widjajanti dan Iqbal Hanun Azizi dari Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik UGM, juga turut berperan sebagai anggota peneliti dan co-author dalam studi ini.

Penelitian ini menggabungkan analisis model Okada, data geofisika, dan citra satelit Sentinel-1A untuk memetakan deformasi permukaan bumi yang terjadi akibat gempa. “Deformasi permukaan tanah di Pulau Bawean terdeteksi berkisar antara -0,0091 meter hingga 0,0069 meter, yang menunjukkan adanya subsiden maupun uplift kecil,” jelas Mokhamad Nur Cahyadi, salah satu peneliti utama.

Penelitian ini menemukan bahwa daerah dengan litologi aluvial paling rentan terhadap dampak gempa, sedangkan batuan vulkanik menunjukkan deformasi yang lebih signifikan akibat karakteristiknya yang rapuh dan berpori. Temuan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mitigasi risiko bencana di kawasan rawan gempa.

Untuk membaca publikasi lengkap penelitian ini, pembaca dapat mengunjungi tautan berikut:
👉 Analysis of Damage due to the M6.4 Tuban-Bawean Earthquake using Remote Sensing.

Kuliah Umum, “Land Administration for Achieving SDGs” bersama Dr. Willem van der Muur

BeritaKuliah Umum Senin, 11 November 2024

Yogyakarta, 07 November 2024 – Departemen Teknik Geodesi (DTGD), Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Kuliah Umum dengan judul, “Land Administration for Achieving SDGs.” Acara yang dilaksanakan di Ruang Sidang 1, DTGD, berlangsung dengan atraktif mulai dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB. Sebanyak 50 mahasiswa hadir untuk mendengarkan ilmu dari Dr. Willem van der Muur, Senior Land Tenure Specialist di World Bank’s Urban, Resilience and Land Global Practice, yang merupakan alumni dari kampus ternama, yaitu Universiteit van Amsterdam (S1 dan S2) dan Universiteit Leiden (S3). Selain itu, acara juga mendapatkan insight menarik dari Bapak Sigit Widodo, selaku Alumni Teknik Geodesi dan Konsultan di Bank Dunia serta Program Management Advisor unit PPRA  ATR/BPN.

Dr. Willem berbagi wawasan mendalam terkait administrasi pertahanan dan perencanaan tata ruang. Materi berfokus pada pengamatan hak atas tanah masyarakat, pengakuan terhadap hak adat, perencanaan penggunaan lahan dengan mempertimbangkan kondisi iklim, dan inklusi sosial guna menghadapi isu-isu kritis dalam ketahanan sosial dan lingkungan. Sebagai mahasiswa Teknik Geodesi, topik ini merupakan ilmu yang sangat menarik. Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa belajar bagaimana menghadapi tantangan dan kondisi pertanahan sesuai nilai-nilai SDGs.

Heri Sutanta, Ph.D, Dr. Williem, dan Sigit Widodo

Kuliah Umum dibuka oleh Bapak Heri Sutanta, S.T., M.Sc., Ph.D., dengan memperkenalkan latar belakang narasumber. Materi dibuka dengan permasalahan dan tujuan dari Organisasi World Bank, khususnya terkait end extreme poverty (menyelesaikan kemiskinan) dan promote shared prosperity (memajukan kesejahteraan bersama). Dari 17 nilai SDGs, tenure security termasuk dalam kategori 1.4.2, woman’s property dalam kategori 5.a, efficient land management and sustainable urbanization (11.3), dan sustainable management of forest (15.2). Dr. Williem mengatakan bahwa pertanahan memiliki peran penting di dalam menyongsong penyelesaian permasalahan iklim sesuai dengan Paris Agreement.

“Land is critical for meeting the Paris Goals and need fully adaptation according to sustainable program”

Permasalahan pertanahan dan hubungannya dengan SDGs bukanlah masalah kecil. Dr Willem menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan ini, World Bank mengajak beberapa stakeholder, seperti ATR/BPN, Kemendagri, BIG, di Indonesia untuk mewujudkan kondisi pertanahan yang lebih baik. Permasalahan seperti sustainable land use, green investment, dan social inclusion masih menjadi gap permasalahan yang perlu diselesaikan. Adapun salah satu solusinya adalah melalui kerjasama dan proses secara bertahap. Program Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) merupakan salah satu upaya di dalam menyelesaikan tanah yang belum terdaftar di mana merupakan proses penting di dalam melengkapi data pertanahan/land information di Indonesia.

Situasi kuliah umum dengan Dr. Williem

“Strengthening spatial planning and land tenure security are key to reduce Indonesia’s emission and implement climate change adaptation measures”

  Sebagai penutup perkuliahan umum, Dr. Willem menyampaikan sebuah inisiatif ke depan dalam proyek Integrated Land Administration and Spatial Planning (ILASP) untuk memperkuat administrasi pertahanan dan perencanaan tata ruang di Indonesia. Proyek ini mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dengan menjadikan administrasi pertanahan sebagai landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta memperhatikan ketahanan lingkungan. Kedepannya, ILASP memiliki program untuk Integrated Spatial Planning for Climate Resilience. Program ini berfokus pada perencanaan tata ruang spasial yang terintegrasi untuk memperkuat ketahanan iklim di indonesia. Selain itu, terdapat Large Scale Base Map for Climate Action, yaitu data dengan skala besar membantu pengambilan keputusan yang lebih tepat dalam menghadapi perubahan iklim. Climate Responsive Land Tenure, di mana tenurial lahan yang responsif terhadap perubahan iklim menjadi kunci dalam perlindungan hak-hak atas masyarakat. Terakhir, Land Information System and Valuation, sistem informasi pertanahan yang terintegrasi dalam mendukung pengelolaan data pertahanan dan evaluasi yang efektif. Melalui teknologi digitalisasi data pertanahan, sistem ini mampu meningkatkan aksesibilitas informasi bagi pengguna.

Departemen Teknik Geodesi UGM Gelar Kuliah Umum dan Workshop “Pemodelan Geoid dan Geodinamika Indonesia”

Kuliah Umum Jumat, 1 November 2024

Yogyakarta, 1 November 2024 – Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Pemodelan Geoid dan Geodinamika Indonesia”. Kuliah umum ini dihadiri oleh lebih dari 150 peserta, yang mayoritas merupakan mahasiswa Geodesi Fisis kelas A dan B, serta beberapa akademisi dan praktisi di bidang terkait. Pada kuliah umum ini, geoid yang merupakan model fisis dari bumi menjadi topik utama yang menjadi bahasan diskusi bersama. Kuliah umum ini menghadirkan tiga narasumber ahli, yaitu Dr. Brian Bramanto, Dr. Kosasih Priatna, dan Dr. Dina Anggraini Sarsito. Ketiganya merupakan pakar dari Kelompok Keahlian Sains, Rekayasa, dan Inovasi Geodesi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Dengan kepakaran yang dimiliki, para narasumber membahas secara mendalam berbagai aspek terkait penerapan model geoid dan geodinamika di Indonesia.

Salah satu topik utama yang diangkat adalah Pemodelan Local Geoid di Indonesia. Para narasumber menjelaskan tentang pentingnya pemodelan geoid untuk mendukung berbagai kebutuhan geodinamika dan infrastruktur nasional, seperti penentuan sistem ketinggian, pemetaan topografi, serta perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. Geoid sendiri didefinisikan sebagai permukaan ekuipotensial yang bertepatan dengan permukaan air laut rata-rata. Model ini sering digunakan sebagai referensi matematis untuk merepresentasikan bentuk fisik bumi secara lebih akurat dibandingkan ellipsoid. Selain itu, geoid menjadi referensi utama dalam sistem ketinggian global. Dalam pemodelan geoid, terdapat dua pendekatan utama: metode geometrik dan metode gravimetrik. Metode geometrik memanfaatkan pengamatan dan perataan GNSS untuk menentukan undulasi geoid, sedangkan metode gravimetrik dianggap lebih andal untuk menghasilkan model geoid dengan resolusi tinggi pada skala regional maupun global. Hal ini disebabkan oleh keunggulan metode gravimetrik dalam mengukur anomali gayaberat secara luas dengan tingkat presisi yang tinggi tanpa mengalami kesalahan kumulatif jarak.

Salah satu topik utama yang diangkat adalah Pemodelan Local Geoid di Indonesia. Para narasumber menjelaskan tentang pentingnya pemodelan geoid untuk mendukung berbagai kebutuhan geodinamika dan infrastruktur nasional, seperti penentuan sistem ketinggian, pemetaan topografi, serta perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. Geoid sendiri didefinisikan sebagai permukaan ekuipotensial yang bertepatan dengan permukaan air laut rata-rata. Model ini sering digunakan sebagai referensi matematis untuk merepresentasikan bentuk fisik bumi secara lebih akurat dibandingkan ellipsoid. Selain itu, geoid menjadi referensi utama dalam sistem ketinggian global. Dalam pemodelan geoid, terdapat dua pendekatan utama: metode geometrik dan metode gravimetrik. Metode geometrik memanfaatkan pengamatan dan perataan GNSS untuk menentukan undulasi geoid, sedangkan metode gravimetrik dianggap lebih andal untuk menghasilkan model geoid dengan resolusi tinggi pada skala regional maupun global. Hal ini disebabkan oleh keunggulan metode gravimetrik dalam mengukur anomali gayaberat secara luas dengan tingkat presisi yang tinggi tanpa mengalami kesalahan kumulatif jarak.

Agenda

Juni 2025
S S R K J S M
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  
« Mei    

Berita Terakhir

  • Kuliah Umum Departemen Teknik Geodesi UGM Kupas Tuntas Dunia Hidrografi Bersama Denni Pascasakti
  • UGM Gelar Upacara Hari Lahir Pancasila di Hari Minggu, Tegaskan Komitmen pada Nilai Kebangsaan
  • Genius Mercator 2025, Wadah Inovasi Geospasial Mahasiswa Teknik Geodesi UGM
  • Wisuda Periode III TA 2024/2025: 16 Lulusan Teknik Geodesi UGM Resmi Menyandang Gelar Sarjana Teknik
  • Perbatasan Indonesia–Malaysia: Antara Tantangan Hukum dan Peluang Kerja Sama
Universitas Gadjah Mada

Departemen Teknik Geodesi

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Jl. Grafika no.2 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
  (+62274) 520226
  geodesi@ugm.ac.id

Direktori

  • Universitas Gadjah Mada
  • Fakultas Teknik UGM
  • Jurnal JGISE

Tautan

  • Jurnal Geodesi
  • Katdesi
  • KMTG
  • Geodeta UGM

Sosial Media

  • Instagram
  • Twiter
  • Facebook
  • Email

Saran dan Masukan

  • Aspirasi UGM

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY