• Tracer Study
  • Portal Civitas Akademik
  • SSO Login
  • 🇺🇸 EN
Universitas Gadjah Mada Departemen Teknik Geodesi
Universitas Gadjah Mada
  • Profil
    • Apa itu Teknik Geodesi?
    • Sejarah DTGD
    • Visi dan Misi Departemen
    • Struktur Organisasi
    • Staf Pengajar
    • Staf Tenaga Kependidikan
  • Program Studi
    • Sarjana Teknik Geodesi
    • Magister Teknik Geomatika
    • Doktor Teknik Geomatika
    • International Undergraduate Program of Geodetic Engineering
  • Kemahasiswaan
    • Admisi
    • Organisasi Mahasiswa
    • Kegiatan Mahasiswa
    • Tinggal di Jogja
  • Riset dan Publikasi
    • Kelompok Bidang Keahlian
      • Lab/KBK Survei Keteknikan
      • Lab/KBK Hidrografi
      • Lab/KBK Geodesi Geometri dan Geodesi Fisis
      • Lab/KBK Kadaster dan Teknik Geoinformatika
      • Lab/KBK Teknik Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
    • Penelitian-Pengabdian Masyarakat
    • Jurnal JGISE
    • Konferensi CGISE
    • Geo-Land-SEA 2023
  • Layanan
    • SIJAMU DTGD
    • Safety, Health, and Environment (SHE)
    • Layanan Akademik
    • Perpustakaan Terpadu UGM
    • Layanan TI
    • Fasilitas Pendukung
    • Hasil Survei
  • Beranda
  • SDGs14
  • SDGs14
Arsip:

SDGs14

Perbatasan Indonesia–Malaysia: Antara Tantangan Hukum dan Peluang Kerja Sama

Kuliah Umum Senin, 26 Mei 2025

Yogyakarta – Isu pengelolaan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia menjadi sorotan dalam kuliah tamu bertajuk “”Waters Without Borders? Legal Complexities in Malaysia-Indonesia Maritime Zone” yang disampaikan oleh Assoc. Prof. Dr. Mohd Hazmi bin Mohd Rusli, dosen dan peneliti senior pada International Law Unit, Faculty of Syariah and Law, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Kuliah ini dilaksanakan secara daring pada Senin, 26 Mei 2025 pukul 13.00 WIB melalui platform Zoom.

Acara ini diselenggarakan oleh Program Studi Magister Teknik Geomatika, Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada sebagai bagian dari perkuliahan bertema Manajemen Perbatasan dan Delimitasi Batas Maritim. Ketua Program Studi, Dr. I Made Andi Arsana, membuka kegiatan dengan menegaskan pentingnya pembelajaran lintas disiplin dalam memahami isu-isu batas negara yang melibatkan aspek hukum, diplomasi, serta teknologi geospasial.

Dalam pemaparannya, Dr. Hazmi menekankan bahwa perbatasan bukan hanya persoalan teknis di atas peta, melainkan juga ruang interaksi yang penuh dinamika antara negara-negara. Salah satu kunci dalam mengelola ketegangan di wilayah perbatasan, menurutnya, adalah membangun saling pengertian. “Ketika kita saling mengenal, ketegangan bisa diredam. Perbatasan tak selalu harus menjadi wilayah konflik,” tegasnya.

Ia juga menyoroti bahwa isu perbatasan merupakan hal yang jamak terjadi di berbagai negara. Selain Indonesia–Malaysia, ia mencontohkan hubungan antara Malaysia dan Filipina terkait klaim atas Sabah. Hal ini menunjukkan bahwa perbatasan adalah persoalan geopolitik yang memerlukan pengelolaan cermat dan kerja sama jangka panjang.

Kuliah ini mengundang antusiasme tinggi dari para mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang akademik. Dengan pendekatan yang menggabungkan pengalaman praktis dan pemahaman hukum laut internasional, Dr. Hazmi berhasil memberikan wawasan komprehensif mengenai peluang kerja sama kawasan, tantangan delimitasi, serta pentingnya integrasi data geospasial dalam mendukung penyelesaian isu perbatasan.

Dengan terselenggaranya kuliah tamu ini, Program Studi Magister Teknik Geomatika UGM berharap dapat terus memperkuat kolaborasi antara dunia akademik di kedua negara, Malaysia dan Indonesia, guna mendukung pengelolaan perbatasan yang berkeadilan, berdaulat, dan berkelanjutan.

Dosen dan Mahasiswa Master Teknik Geomatika FT UGM gunakan Google Earth Engine untuk Pantau Kualitas Air Danau Sentarum

Penelitian Kamis, 20 Februari 2025

Yogyakarta – Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai Kalimantan I Pontianak memanfaatkan teknologi penginderaan jauh untuk memantau kualitas air Danau Sentarum di Kalimantan Barat. Penelitian yang dipublikasikan di IOP Conference Series: Earth and Environmental Science ini menggunakan data satelit Sentinel-2 pada platform Google Earth Engine.

Penelitian oleh M. Rifai dan Prof. Harintaka dari Departemen Teknik Geodesi UGM ini fokus memantau parameter kualitas air berupa klorofil-a (Chl-a) dan total suspended solids (TSS) di Danau Sentarum. Dengan memanfaatkan algoritma berbasis indeks spektral seperti Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI), Normalized Difference Chlorophyll Index (NDCI), dan Normalized Difference Turbidity Index (NDTI), penelitian ini mampu memetakan kondisi air secara detail.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air Danau Sentarum secara umum berada dalam kondisi baik, meskipun terdapat fluktuasi nilai Chl-a dan TSS setiap tahunnya,” ujar Rifai dalam keterangannya.

Penelitian ini menemukan bahwa nilai Chl-a cenderung meningkat pada periode 2020-2022, yang dikaitkan dengan fenomena La Nina yang meningkatkan curah hujan, sehingga berdampak pada peningkatan nutrien di danau. Sementara itu, konsentrasi TSS relatif stabil dan masih berada dalam ambang batas yang tidak berdampak negatif terhadap ekosistem perairan.

Prof. Harintaka menambahkan bahwa pemanfaatan Google Earth Engine dapat menjadi solusi efektif dalam pemantauan kualitas air di wilayah perairan yang luas dan sulit dijangkau. “Dengan teknologi ini, pengawasan kualitas air danau bisa dilakukan secara berkala tanpa harus selalu turun ke lapangan,” jelasnya.

Dengan adanya pemantauan rutin ini, diharapkan pengelolaan Danau Sentarum sebagai salah satu danau prioritas nasional dapat berjalan lebih optimal, terutama dalam menjaga fungsi ekologis dan sosial bagi masyarakat sekitar.

Untuk membaca publikasi lengkap penelitian ini, kunjungi tautan berikut:
👉 Analysis of Water Quality Dynamics of Sentarum Lake, Indonesia, with Water Index Application and Water Parameter Algorithm Methods Using Google Earth Engine.

GEOLANDSEA 2025-HARI KEDUA: Sinergi Teknologi Geospasial dan Tata Kelola Maritim dalam Menjawab Tantangan Global

Berita Jumat, 14 Februari 2025

Yogyakarta, 13 Februari 2025 – Konferensi Geo-Land-Sea 2025 hari kedua di Yogyakarta mengkristalkan kolaborasi multidisiplin antara kebijakan maritim, inovasi geospasial, dan kecerdasan buatan untuk tata kelola darat-laut terpadu. Dr. Serene Ho dari University of Melbourne membuka diskusi dengan paparan kritis tentang ancaman perubahan iklim di zona pesisir Asia Timur-Pasifik, di mana 64% wilayahnya terancam kenaikan muka air laut. Data lapangan dari 18 negara menunjukkan bahwa hanya 29% program mitigasi yang secara spesifik menyasar adaptasi pesisir, padahal proyeksi kebutuhan lahan untuk adaptasi di kawasan ini mencapai 94 juta hektar, termasuk 12 juta hektar untuk Indonesia. Studi kasus di Delta Mekong (Vietnam) dan Sabah (Malaysia) mengungkap peran digital twin ekosistem mangrove berbasis sensor IoT dan sistem peringatan dini AI yang mampu memprediksi intrusi air asin dengan akurasi 92%. Dr. Ho menegaskan, “Integrasi data satelit resolusi tinggi dengan model hidrodinamika menjadi kunci pembuatan kebijakan adaptasi berbasis bukti.”

Dr Serene Ho memberika materi yang menjadi topik di Geolandsea

Di ranah hukum maritim, Dr. I Made Andi Arsana (UGM) memetakan kompleksitas batas ZEE Indonesia-Vietnam-Philipina di Laut China Selatan melalui visualisasi 3D interaktif. Dengan merujuk Pasal 76 UNCLOS 1982, ia menekankan pentingnya diplomasi berbasis data geospasial untuk mengatasi klaim tumpang-tindih di 7 titik panas geopolitik. “Pemetaan batas maritim harus mempertimbangkan dinamika geologi dasar laut, bukan sekadar koordinat permukaan,” tegasnya. Dr. Zaki Mubarok (KKP) melengkapi dengan analisis kebijakan blue economy, mengungkap bahwa dari 138 regulasi kelautan Indonesia, hanya 4 dokumen yang secara eksplisit terintegrasi dengan SDGs. Kritik tajamnya menyasar praktik sea grabbing oleh korporasi yang mengklaim 1,2 juta hektar perairan Indonesia melalui interpretasi sepihak atas Pasal 33 UUD 1945.

Revolusi teknologi geospasial menjadi poros sesi teknis. Dr. Ruli Andaru (UGM) mempresentasikan perbandingan akurasi empat metode pemetaan survei definisi tinggi (High-Definition Survey/ HDS) untuk pembentukan model urban 3D, yakni: (1) LIDAR, metode ini memiliki presisi dan akurasi geometri paling tinggi dibanding metode lainnya, namun masih terdapat beberapa bagian fasad bangunan yang tidak ter-scan dengan lengkap; (2) Foto verikal unggul di area terbuka dengan efisiensi biaya 40% lebih rendah, lebih efisien, murah, praktis, dan cepat digunakan, namun hasilnya tidak begitu akurat, begitu pula model 3D yang dihasilkannya; (3) SLAM (Simultaneous Localization and Mapping) menunjukkan hasil yang luar biasa realistis, dimana point cloud scan SLAM mencapai 10 kali lebih rapat dibandingkan hasil LiDAR, namun, data ini sangatlah berat dan hanya mampu scan bagian fasad saja tanpa adanya atap ataupn bagian lain; (4) Foto oblique menghasilkan point cloud yang paling lengkap diantara yang lainnya namun cara dan waktu pengolahannya menjadi sebuah tantangan. Inovasi juga datang dari Dr. Muhammad Imzan bin Hassan (UTM Malaysia) dengan 4D Marine Cadastre – sistem kadaster maritim yang mengintegrasikan data pasang-surut, sedimentasi, dan perubahan garis pantai temporal. “Dengan memadukan data GNSS CORS, batimetri multibeam, dan model Machine Learning, sistem ini mampu memprediksi pergeseran batas laut 5 tahun ke depan dengan kesalahan <1 meter,” paparnya.

Diskusi terbuka antar ahli terkait manajemen darat dan laut di dunia

Kecerdasan buatan dan blockchain menjadi game-changer dalam tata kelola aset maritim. Bagus Imam Darmawan (MAPID) mendemonstrasikan platform AI mereka yang mengolah 700 parameter geospasial – mulai dari kedalaman air, jarak dari pelabuhan, hingga frekuensi badai – untuk memprediksi nilai properti pesisir. “Di Pangandaran, sistem ini membantu pemerintah meningkatkan penerimaan pajak bumi-bangunan laut dari Rp12 miliar ke Rp22 miliar per tahun dengan akurasi 89%,” ungkapnya. Benny Emor (Geosquare) memperkenalkan sistem kadaster digital berbasis blockchain Hyperledger yang mencatat 12.000 transaksi tanah maritim di Kepulauan Riau tanpa insiden pemalsuan. Di sisi infrastruktur, Dedi Atunggal (UGM) meluncurkan aplikasi Positioning Infrastructure Recommender berbasis Android yang menggunakan algoritma klastering untuk merekomendasikan stasiun GNSS terdekat berdasarkan kualitas sinyal, dilengkapi peta akurasi posisi real-time di seluruh Indonesia. Beliau meluncurkan aplikasi Positioning Infrastructure Recommender yang terhubung dengan 258 stasiun GNSS Indonesia, menggunakan algoritma DBSCAN untuk mengklaster kualitas sinyal real-time. “Pengguna di Merauke bisa langsung terhubung ke stasiun CORS terdekat dengan latency <50 ms, mengurangi kesalahan posisi dari 10 meter ke 2 centimeter,” jelasnya.

Foto bersama antar ahli terkait manajemen darat dan laut di dunia

Workshop secara resmi ditutup oleh Ketua Panitia, Dr. I Made Andi Arsana, yang dalam closing remark-nya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh pembicara, peserta, serta pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan acara Geo-Land-SEA 2025. Ia menekankan bahwa diskusi dan pemaparan dalam workshop ini telah membuka wawasan baru serta memperkuat sinergi antara akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan di bidang geospasial dan ekonomi biru. Dr. Andi Arsana juga mengungkapkan harapannya agar kolaborasi yang telah terjalin dalam forum ini tidak hanya berhenti di sini, tetapi terus berkembang melalui riset, inovasi, dan implementasi kebijakan yang berkelanjutan.

GEOLANDSEA 2025 HARI PERTAMA: Transformasi Digital Geospasial Kunci Integrasi Tata Kelola Darat-Laut

Berita Jumat, 14 Februari 2025

Yogyakarta, 12 Februari 2025 — Departemen Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengawali konferensi internasional Geo-Land-Sea 2025 dengan fokus pada revolusi digital dalam sains data geospasial. Acara yang diikuti 40 peserta luring dan 60 daring ini menghadirkan pakar global untuk menjawab kompleksitas tata ruang terintegrasi di negara kepulauan.

Dekan DTGD UGM, Prof. Selo, dalam sambutannya menegaskan, “Integrasi data darat-laut melalui teknologi mutakhir bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan krusial untuk ketahanan pangan, mitigasi bencana, dan pemerataan pembangunan.” Pernyataan ini diamini Ketua Panitia Dr. I Made Andi Arsana yang menyebut konferensi ini sebagai “laboratorium ide untuk menyinkronkan kebijakan publik dengan inovasi geospasial.”

Puncak acara hari pertama diisi empat keynote speaker internasional. Prof. Walter de Vries dari Technical University of Munich (TUM) memaparkan konsep “Smart Sea Fence” — sistem pemantauan maritim berbasis kecerdasan buatan yang mampu memprediksi perubahan garis pantai secara real-time. “Teknologi ini telah diujicoba di Delta Mekong dan siap diadaptasi untuk pantai Indonesia yang dinamis,” jelasnya.

Pemaparan materi dari Prof Trias Aditya

Prof. Christoph Claramunt dari Naval West France Univ memperkenalkan prototipe “Digital Twin Samudra”, model virtual yang mensimulasikan interaksi arus laut, sedimentasi, dan dampak perubahan iklim. “Laut bukan sekadar hamparan air, tetapi ruang hidup kompleks yang membutuhkan pemodelan multidimensi,” tegasnya. Sementara Prof. Trias Aditya (UGM) mendemonstrasikan sistem kadaster augmented reality (AR) yang memvisualisasikan batas tanah 3D melalui gawai, terobosan yang disebutnya “revolusi partisipatif dalam resolusi sengketa lahan.”
Isu teknis sistem referensi vertikal diangkat Prof. Leni Sophia Heliani melalui “Geoid2020”, standar tinggi terpadu untuk menyelaraskan data topografi darat dan batimetri laut. “Konsistensi referensi geospasial ini krusial untuk infrastruktur strategis seperti tol laut dan tanggul raksasa,” paparnya.

Diskusi sesi siang membahas implementasi industri

Sesi siang menyoroti implementasi industri. Yantisa Akhadi, Data Scientist GoTo, membagikan algoritma K-Means untuk mengoptimasi 45 juta transaksi harian dengan analisis klaster lokasi pengguna. “Akurasi titik layanan meningkat 92% berhasil tekan biaya logistik,” ujarnya. Dr. Rizqi Abdulharis (ITB) melengkapi dengan studi kasus tata kelola terintegrasi 3R (Hak, Pembatasan, Tanggung Jawab) di Kepulauan Maluku.

Acara ditutup dengan ekshibisi teknologi AR untuk pemetaan partisipatif dan gala dinner berbahan seafood berkelanjutan. Hari kedua akan fokus pada kebijakan blue economy dan aplikasi AI dalam valuasi aset maritim, mengusung tema “Governance of Land-Sea Resources & Geospatial Technology”.

Lokakarya SRGI2013: Mendorong Kolaborasi dan Inovasi dalam Sistem Referensi Geospasial di Indonesia

BeritaKuliah Umum Rabu, 6 November 2024

Yogyakarta, 5 November 2024, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada menjadi tuan rumah Lokakarya Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI2013). Acara ini dihadiri oleh berbagai tamu undangan penting, termasuk Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Prof. Dr. rer. nat. Muh Aris Marfai, dan Sekretaris Utama BIG, Dr. Ir. RA. Belinda Arunarwati Margono, serta sejumlah pejabat tinggi dari berbagai institusi terkait.

Acara dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan kedatangan peserta yang disambut hangat oleh panitia. Selama registrasi, pemutaran video profil Badan Informasi Geospasial ditayangkan berulang kali untuk memberikan gambaran umum mengenai peran dan kontribusi BIG dalam pengelolaan informasi geospasial di Indonesia. Peserta terlihat antusias dan siap untuk mengikuti rangkaian acara yang telah disiapkan.

Peserta memasuki ruang auditorium SGLC

Setelah registrasi, acara resmi dibuka dengan pemutaran lagu kebangsaan Indonesia Raya yang membangkitkan semangat nasionalisme. Pembukaan acara diikuti dengan sambutan dari panitia kegiatan, diwakili oleh Bayu Triyogo Widyantoro, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar. Dalam sambutannya, Bayu menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta dalam pengembangan sistem referensi geospasial yang lebih baik untuk mendukung pengambilan keputusan berbasis data.

Selanjutnya, sambutan juga disampaikan oleh Muh Aris Marfai, yang menyoroti tantangan dan peluang dalam pengembangan sistem referensi geospasial di era digital saat ini. Ia mengajak semua pihak untuk berkontribusi aktif dalam memanfaatkan teknologi dan data geospasial untuk kepentingan masyarakat luas.

Salah satu momen penting dalam lokakarya ini adalah penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Badan Informasi Geospasial dan Universitas Gadjah Mada. Penandatanganan ini diwakili oleh Bayu Triyogo Widyantoro dan Prof. Ir. Selo, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D., Dekan Fakultas Teknik UGM. Kerjasama ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara institusi dalam penelitian dan pengembangan geospasial, serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang ini.

Acara dilanjutkan dengan sesi talkshow yang menghadirkan narasumber dari berbagai institusi, termasuk Badan Pertanahan Nasional, Universitas Diponegoro, dan Asosiasi Perusahaan Survei dan Pemetaan Informasi Geospasial. Diskusi yang berlangsung hangat ini membahas urgensi dan pemanfaatan SRGI2013 dalam konteks informasi geospasial, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Para narasumber berbagi pengalaman dan best practices dalam penggunaan data geospasial untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Talkshow Urgensi SRGI 2013

Setelah sesi diskusi, peserta menikmati coffee break yang memberikan kesempatan untuk berjejaring dan bertukar pikiran. Acara kemudian dilanjutkan ke sesi kedua yang membahas tinjauan pakar terhadap SRGI2013. Para ahli dari berbagai bidang menyampaikan presentasi mengenai layanan dan data geospasial, termasuk model dan data pasang surut laut, serta layanan Ina-CORS dan GNSS.

Sesi ketiga yang berlangsung setelah makan siang mengangkat tema “Mengenal SRGI2013 lebih detil dan layanannya”. Moderator, Kosasih Prijatna dari Institut Teknologi Bandung, memandu diskusi yang melibatkan tim kerja layanan data SRGI2013 dan para ahli lainnya. Diskusi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang layanan yang tersedia dan bagaimana pengguna dapat memanfaatkannya untuk kepentingan penelitian dan pengembangan.

Talkshow terkait InaCORS

Acara ditutup dengan sesi penutupan yang dipimpin oleh Sekretaris Utama, Belinda Arunarwati Margono. Dalam sambutannya, Belinda mengungkapkan harapannya agar lokakarya ini dapat menjadi momentum untuk mendorong kolaborasi lebih lanjut antara berbagai pihak dalam pengembangan sistem referensi geospasial di Indonesia. Ia juga mengajak semua peserta untuk terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi geospasial demi kemajuan bangsa.

Sebagai penutup, acara diakhiri dengan ramah tamah yang memberikan kesempatan bagi peserta untuk saling mengenal dan menjalin kerjasama lebih lanjut. Lokakarya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan sistem referensi geospasial di Indonesia dan mendorong partisipasi aktif dari semua pihak.

Foto bersama Pembicara Lokakarya 2024

Focus Group Discussion (FGD): Kelompok Keahlian Geodesi (KKG) yang diadakan oleh Badan Informasi Geospasial

Berita Selasa, 5 November 2024

Universitas Gadjah Mada, 4 November 2024 – Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan bangga menyelenggarakan Lokakarya Focus Group Discussion (FGD) Kelompok Kerja Geodesi (KKG) pada hari Senin, 4 November 2024. Acara ini berlangsung di Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik UGM, dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari institusi akademis, pemerintah, dan industri.

Lokakarya ini dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan kedatangan dan registrasi peserta. Setelah registrasi, acara dibuka secara resmi oleh [Nama Pembuka Acara], yang menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam bidang geodesi untuk mendukung pengembangan infrastruktur dan data geospasial di Indonesia.

Sesi pertama dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan tema “Pengantar dan Studi Kasus,” yang dimoderatori oleh Kosasih Prijatna dari Institut Teknologi Bandung. Dalam sesi panel tersebut, dua pembicara utama, Mohamad Arief Syafi’i, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar dari Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Bayu Triyogo Widyantoro, Plt. Direktur Sistem Referensi Geospasial di BIG, membahas topik yang sangat relevan, yaitu: Kerangka Referensi Geospasial Tunggal Indonesia – Dukungan untuk SDGs

Pada presentasinya, Bapak Mohamad Arief Syafi’I menyampaikan terkait urgensi adanya integrasi sistem referensi antara darat dan laut. Perubahan yang terjadi baik di darat maupun di laut akan saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan di darat akan mengakibatkan fenomena di laut, dan begitu pula sebaliknya perubahan di laut akan mengakibatkan perubahan di darat. Perubahan kenaikan muka air laut terjadi di lautan, namun memberikan dampak yang besar di daratan. Perubahan garis pantai dan penurunan muka tanah di darat juga mempengaruhi lautan. Oleh karena itu, keduanya harus saling terintegrasi satu sama lain. Tantangannya saat ini adalah bagaimana mengintegrasikan keduanya, melalui integrasi mengintegrasikan kerangka kontrol horizontal dan vertikal untuk darat dan laut. Bapak Deputi menjabarkan pentingnya proses ini guna mendukung konektivitas dan integrasi antara darat dan laut.

Pada pemaparannya, Bapak Bayu menjabarkan lebih detail dan teknis terkait implementasi SRGI2013 untuk integrasi DG darat dan laut. Dalam presentasinya, Pak Bayu menyampaikan bagaiman IGD dapat berperan dalam proses integrasi. Penentuan unsur-unsur yang ada di peta juga telah didefinisikan, seperti batas tertinggi, rata-rata, dan terendah garis pantai. Pak Bayu juga menjelaskan jika nantinya Peta Rupabumi Indonesia (RBI), Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) semua akan tergabung dan terintegrasi menjadi Peta Rupabumi, hanya unsur-unsur tertentu yang membedakan antara darat dan laut. Pak Bayu kemudian menunjukkan alur yang telah disusun dan menjadi bahan diskusi bersama untuk proses brainstorming pengintegrasian DEM darat dan juga lautan.

Setelah presentasi, sesi dilanjutkan dengan diskusi interaktif selama 30 menit, yang menghasilkan dokumen ringkasan terkait tantangan dan isu mengenai aspek geodesi dalam integrasi data geospasial darat dan laut. Acara kemudian memasuki sesi coffee break pada pukul 10.00 WIB, di mana peserta memiliki kesempatan untuk berdiskusi dan menjalin jaringan. Sesi kedua dimulai pada pukul 10.30 WIB dengan fokus pada “Panduan Praktis dalam Menentukan Common Datum Penyelarasan Data Geospasial Darat dan Laut.” Sesi ini dibagi menjadi beberapa sub tema, masing-masing dipimpin oleh ketua dan anggota panel yang berpengalaman:

Ruang: R1

  • Sub Tema: Sistem dan Kerangka Referensi Geospasial Horisontal
  • Ketua: Irwan Meilano (Institut Teknologi Bandung)
  • Anggota: Heri Andreas, Nurrohmat Widjajanti, Cecep Pratama, Dedi Atunggal (Universitas Gadjah Mada)

Diskusi menghasilkan dokumen inventarisasi permasalahan dan panduan praktis.

Diskusi Sistem dan Kerangka Referensi Geospasial Horisontal

Ruang: R2

  • Sub Tema: Datum dan Model Pasang Surut Laut
  • Ketua: Ibnu Sofian (Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial, BIG)
  • Anggota: Wiwin Windupranata, Abdul Basith, Danar Guruh Pratomo, Bambang Kun Cahyono

Diskusi berfokus pada inventarisasi permasalahan terkait datum dan model pasang surut.

Diskusi Datum dan Model pasang Surut Laut

Ruang: R3

  • Sub Tema: Sistem dan Kerangka Referensi Geospasial Vertikal
  • Ketua: Khafid (Direktur Pemetaan Batas dan Nama Rupabumi, BIG)
  • Anggota: Leni Sophia Heliani, Dudy Darmawan Wijaya, Ira Mutiara Anjasmara, Brian Bramanto

Diskusi ini juga menghasilkan dokumen panduan praktis.

Diskusi Sistem dan Kerangka Referensi Gesopasial Vertikal

Setelah sesi kedua, peserta menikmati makan siang bersama pada pukul 12.00 WIB, yang memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih lanjut. Sesi lanjutan dimulai pada pukul 13.00 WIB, melanjutkan diskusi mengenai panduan praktis dalam menentukan common datum. Sesi ini mencakup:

Diskusi lebih mendalam mengenai tantangan dan solusi dalam penyelarasan data geospasial. Penyusunan dokumen panduan praktis sebagai hasil akhir lokakarya. Acara ditutup pada pukul 16.00 WIB dengan sesi ketiga yang mengangkat tema “Simpulan.” Pembicara Bayu Triyogo Widyantoro memimpin penyusunan simpulan ringkasan panduan praktis mengintegrasikan data geospasial darat dan laut. Penutupan disampaikan oleh Mohamad Arief Syafi’i, yang mengapresiasi partisipasi semua pihak dalam lokakarya ini.

Diharapkan, hasil dari lokakarya ini dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik dalam bidang geodesi di Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut mengenai acara ini, silakan kunjungi website resmi Fakultas Teknik UGM.

Agenda

Juni 2025
S S R K J S M
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  
« Mei    

Berita Terakhir

  • Kuliah Umum Departemen Teknik Geodesi UGM Kupas Tuntas Dunia Hidrografi Bersama Denni Pascasakti
  • UGM Gelar Upacara Hari Lahir Pancasila di Hari Minggu, Tegaskan Komitmen pada Nilai Kebangsaan
  • Genius Mercator 2025, Wadah Inovasi Geospasial Mahasiswa Teknik Geodesi UGM
  • Wisuda Periode III TA 2024/2025: 16 Lulusan Teknik Geodesi UGM Resmi Menyandang Gelar Sarjana Teknik
  • Perbatasan Indonesia–Malaysia: Antara Tantangan Hukum dan Peluang Kerja Sama
Universitas Gadjah Mada

Departemen Teknik Geodesi

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Jl. Grafika no.2 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
  (+62274) 520226
  geodesi@ugm.ac.id

Direktori

  • Universitas Gadjah Mada
  • Fakultas Teknik UGM
  • Jurnal JGISE

Tautan

  • Jurnal Geodesi
  • Katdesi
  • KMTG
  • Geodeta UGM

Sosial Media

  • Instagram
  • Twiter
  • Facebook
  • Email

Saran dan Masukan

  • Aspirasi UGM

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY