Yogyakarta – Isu pengelolaan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia menjadi sorotan dalam kuliah tamu bertajuk “”Waters Without Borders? Legal Complexities in Malaysia-Indonesia Maritime Zone” yang disampaikan oleh Assoc. Prof. Dr. Mohd Hazmi bin Mohd Rusli, dosen dan peneliti senior pada International Law Unit, Faculty of Syariah and Law, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Kuliah ini dilaksanakan secara daring pada Senin, 26 Mei 2025 pukul 13.00 WIB melalui platform Zoom.
Acara ini diselenggarakan oleh Program Studi Magister Teknik Geomatika, Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada sebagai bagian dari perkuliahan bertema Manajemen Perbatasan dan Delimitasi Batas Maritim. Ketua Program Studi, Dr. I Made Andi Arsana, membuka kegiatan dengan menegaskan pentingnya pembelajaran lintas disiplin dalam memahami isu-isu batas negara yang melibatkan aspek hukum, diplomasi, serta teknologi geospasial.
Dalam pemaparannya, Dr. Hazmi menekankan bahwa perbatasan bukan hanya persoalan teknis di atas peta, melainkan juga ruang interaksi yang penuh dinamika antara negara-negara. Salah satu kunci dalam mengelola ketegangan di wilayah perbatasan, menurutnya, adalah membangun saling pengertian. “Ketika kita saling mengenal, ketegangan bisa diredam. Perbatasan tak selalu harus menjadi wilayah konflik,” tegasnya.
Ia juga menyoroti bahwa isu perbatasan merupakan hal yang jamak terjadi di berbagai negara. Selain Indonesia–Malaysia, ia mencontohkan hubungan antara Malaysia dan Filipina terkait klaim atas Sabah. Hal ini menunjukkan bahwa perbatasan adalah persoalan geopolitik yang memerlukan pengelolaan cermat dan kerja sama jangka panjang.
Kuliah ini mengundang antusiasme tinggi dari para mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang akademik. Dengan pendekatan yang menggabungkan pengalaman praktis dan pemahaman hukum laut internasional, Dr. Hazmi berhasil memberikan wawasan komprehensif mengenai peluang kerja sama kawasan, tantangan delimitasi, serta pentingnya integrasi data geospasial dalam mendukung penyelesaian isu perbatasan.
Dengan terselenggaranya kuliah tamu ini, Program Studi Magister Teknik Geomatika UGM berharap dapat terus memperkuat kolaborasi antara dunia akademik di kedua negara, Malaysia dan Indonesia, guna mendukung pengelolaan perbatasan yang berkeadilan, berdaulat, dan berkelanjutan.