• Tracer Study
  • Civitas Academic Portal
  • SSO Login
  • 🇲🇨 ID
Universitas Gadjah Mada Department of Geodetic Engineering
Universitas Gadjah Mada
  • Profiles
    • What is Geodetic Engineering?
    • History
    • Our Vision
    • Organization
    • Academic Staffs
    • Education Personnel
  • Academics
    • Undergraduated Study Program
    • Master of Geomatics Study Program
    • Doctor of Geomatics Study Program
    • International Undergraduate Program of Geodetic Engineering
  • Student
    • Admission
    • Student Organization
    • Student Activities
    • Living in Jogja
  • Research and Publication
    • Laboratories
    • Research-Community Service
    • Jgise’s Journal
    • CGIS Conference
    • Geo-Land-SEA 2023
  • Facilities
    • Academic Service
    • UGM Integrated Libraries
    • IT Facilities
    • Services
    • Map
  • Home
  • 2017
  • page. 2
Arsip:

2017

Kuota ArcGIS online dan ArcGIS Pro untuk Mahasiswa Teknik Geodesi UGM

BeritaLowongan, Beasiswa dan Lomba Sunday, 24 September 2017

Departemen Teknik Geodesi memberikan kesempatan kepada 10 orang mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika untuk mendapatkan lisensi ArcGIS Online dan ArcGIS Pro dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Mahasiswa aktif Departemen Teknik Geodesi UGM yang memiliki email terdaftar di UGM (@mail.ugm.ac.id)
  2. Bersedia menggunakan lisensi yang diberikan secara aktif untuk pembelajaran, penelitian maupun kompetisi (Lisensi yang tidak aktif selama lebih dari 3 bulan akan dicabut kembali)
  3. Membuat esai berisi rencana penggunaan produk ArcGIS online dan ArcGIS Pro sebanyak maksimal 5 halaman (Spasi 1.5, font calibri, ukuran A4)
  4. Lebih disukai apabila memiliki rencana untuk kegiatan lomba bertema geospasial

Esai dikirimkan ke alamat danylaksono@ugm.ac.id  sebelum tanggal 31 Oktober 2017. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi no.: ugm.id/danylaksono

Kuliah Umum: Peran Geodesi dalam Rantai Industri Minyak dan Gas

Berita Saturday, 23 September 2017

Tanggal 19 September 2017 diadakan kuliah umum di Ruang III.4 Gedung Teknik Geodesi UGM. Kuliah umum ini membahas tema yang cukup menarik bagi mahasiswa, yaitu “Peran Geodesi dalam Rantai Industri Minyak dan Gas”. Demikian pula, pembicara yang dihadirkan juga menambah minat mahasiswa dalam mengikuti kuliah umum ini. Bapak Kristiawan Tri Nugroho adalah seorang Senior Geoscientist yang telah malang-melintang di bidang geomatics pada Perusahaan Petronas yang berbasis di Malaysia. Kedatangan beliau pada kuliah umum kali ini disambut dengan antusias oleh mahasiswa, yang dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang hadir memenuhi ruang kuliah III.4.

 

Dalam kuliahnya, Bapak Kristiawan menjelaskan tentang rantai produksi Minyak dan Gas serta peranan Teknik Geodesi pada bidang tersebut. Dalam tahapan siklus Acreage Acquisition, Exploration, Appraisal, Development, Production hingga Decomissioning terdapat peran bidang keilmuan Teknik Geodesi di dalamnya. Sebagai contoh, dalam pengeboran minyak diperlukan ketepatan penentuan posisi (positioning) yang sangat tinggi, mengingat pengeboran dilakukan dengan biaya yang sangat besar, sehingga ruang untuk kesalahan penentuan posisi sangat kecil. Contoh lain adalah dalam monitoring platform, yaitu dengan mendeteksi pergeseran untuk mengantisipasi keruntuhan platform.

Bapak Kristiawan juga menjelaskan mengenai konsep dan teknologi terbaru di bidang Geodesi-Geomatika yang diterapkan pada pekerjaan minyak dan gas. Diantara penjelasan yang diberikan adalah mengenai teknologi survey dan pemetaan dasar laut untuk penentuan lokasi rig, seismic survey untuk mengetahui struktur tanah, pembuatan gravity map dengan menggunakan satellite altimetry, dan pengamatan pasang-surut air laut.

 

 

Twelve Countries Attended “Training In Hydrographic Survey for Disaster Management and Relief”

News Tuesday, 19 September 2017

The Hydrographic and Oceanographic Center of Indonesian Navy (Pushidrosal) from September 11-15, 2017 hosted a Five Day Training in Hydrographic Survey for Disaster Management and Relief at Mercure Hotel, Ancol, North Jakarta, Monday (11/9) .

The training, which focuses on the role of hydrographic surveys in natural disaster management and response, was attended by 25 participants from 12 East Asia Hydrographic Commission (EAHC) member countries, namely Malaysia, Singapore, Thailand, Brunei Darussalam, Philippines, Timor Leste, Papua New Guinea, Vietnam, Japan, China, South Korea and Indonesia as the host.

Kapushidrosal Rear Admiral TNI Harjo Susmoro in his speech at the opening of the training, among others said that this training is one of the EAHC program, where Indonesia is one of its members. As a member of the Hydrographic Community and Mapping, Indonesia should seek to improve its capacity and capacity in the countries of East Asia and the South Pacific region.

These training activities aim to improve hydrography, from gathering, processing, and analyzing data that can be used to manage and minimize casualties from natural disasters as well as to establish alternative routes for navigational safety for ships sailing around the disaster area, as well as up dating of hydrographic data which is very important for the success of humanitarian relief disaster relief mission.

Also present, Deputy I of Kemenkomar. Arief Havas Oegroseno who conveys the government policy perspective on disaster management and the importance of hydrographic mapping support in disaster mitigation and disaster relief support. Furthermore, BNPB Laksda TNI (Ret.) Willem Rampangilei also conveyed the role and duties of BNPB in the effort of disaster prevention and handling and disaster mitigation. He also said that disaster management requires synergy between government institutions, especially Pushidrosal in disaster prevention and post disaster efforts and emergency response efforts in mapping disaster-affected areas and mapping of access areas and disaster areas.

For five days, all participants will receive training from hydrographic experts from Japan and Indonesia, such as Abdul Basith, PhD from UGM, Gegar Sapta Prasetya, Bsc, MSc, PhD from Tsunami Research Foundation Indonesia, Dr. Rer.nat. Poerbandono from ITB, Prof. Ir. Radianta Triatmaja, PhD from UGM, Colonel Laut (E) Yanuar Handwiono, SH, M.Tr (Han) and two Japanese experts Dr. Takashi Tomita and Dr. Yoshihiro Matsumoto.

The focal point of the training is in the form of the delivery of materials and knowledge, the exchange of experience of hydrographic aspects of the participants and experts in overcoming and overcoming natural disasters, which are broadly divided into two, namely national missions, policies and programs related to natural disaster management in Indonesia and technical and social aspects of natural disaster management and management that include recovery, risk identification, disaster prevention and handling and preparedness.

The subject matter that is delivered among others; Overview: Role of Hydrographic Office againts Maritime Disaster, Tsunami Information Map, Tsunami Manner in the Building and Cultural Awareness for the Coastal Society, Volcanic Tsunami and Submarine Landslide, and Tsunami in Indonesia: Mechanism, Characteristics, and Damage Assessment.

Quoted from source: http://www.tnial.mil.id/News/Seremonial/tabid/79/articleType/ArticleView/articleId/39356/Default.aspx

Dua Belas Negara Ikuti “Training In Hydrographic Survey for Disaster Management and Relief”

Berita Tuesday, 19 September 2017

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) selama lima hari dari tanggal 11-15 September 2017 sebagai tuan rumah dalam kegiatan Training in Hydrographic Survey for Disaster Management and Relief bertempat di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Senin (11/9).

Pelatihan yang memfokuskan pada peran survei hidrografi dalam pengelolaan dan penanggulangan bencana alam ini diikuti oleh 25 peserta yang berasal dari 12 negara anggota East Asia Hydrographic Commission (EAHC), yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, Vietnam, Jepang, Cina, Korea Selatan serta Indonesia sebagai tuan rumah.

Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro dalam sambutannya pada pembukaan training, antara lain mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu program EAHC, dimana Indonesia merupakan salah satu anggotanya. Sebagai anggota Komunitas hidrografi dan pemetaan, Indonesia harus berupaya meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya di negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik Selatan.

Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan hidrografi, mulai dari saat pengumpulan, pengolahan, dan analisa data yang dapat digunakan untuk mengelola dan meminimalkan korban akibat bencana alam serta guna menetapkan rute alternatif untuk keselamatan navigasi bagi kapal-kapal yang berlayar di sekitar daerah bencana, serta up dating data hidrografi yang merupakan hal yang sangat penting demi suksesnya misi bantuan kemanusiaan penganggulangan bencana.

Turut hadir, Deputi I Kemenkomar Dr. Arief Havas Oegroseno yang menyampaikan perspektif kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana dan arti penting dari dukungan pemetaan hidrografi dalam mitigasi bencana maupun dukungan penanggulangan bencana. Selanjutnya Ka BNPB Laksda TNI (Purn) Willem Rampangilei juga menyampaikan peran dan tugas BNPB dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana serta mitigasi bencana. Ia juga menyampaikan bahwa penanggulangan bencana membutuhkan sinergitas antara kelembagaan pemerintah, khususnya Pushidrosal dalam upaya pencegahan bencana maupun pasca bencana serta upaya tanggap darurat dalam memetakan daerah terdampak bencana dan pemetaan area akses maupun daerah bencana.

Selama lima hari, seluruh peserta akan mendapatkan pelatihan dari para ahli hidrografi dari Jepang dan Indonesia, antara lain Abdul Basith, Phd dari UGM, Gegar Sapta Prasetya, Bsc, Msc, Phd dari Tsunami Research Foundation Indonesia, Dr. Rer.nat. Poerbandono dari ITB, Prof. Ir. Radianta Triatmaja, Phd dari UGM, Kolonel Laut (E) Yanuar Handwiono, SH, M.Tr(Han) serta dua orang ahli dari Jepang yaitu Dr. Takashi Tomita dan Dr. Yoshihiro Matsumoto.

Titik fokus dari pelatihan ini selain berupa penyampaian materi dan pengetahuan, pertukaran pengalaman aspek hidrografi dari para peserta maupun para ahli dalam mengatasi dan menanggulangi bencana alam, yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu misi nasional, kebijakan, dan program-program yang berkaitan dengan penanggulangan bencana alam di Indonesia dan aspek teknik dan sosial pengelolaan dan penanggulangan bencana alam yang meliputi pemulihan, identifikasi risiko, pencegahan dan penanganan bencana serta kesiapsiagaan.

Adapun materi pokok yang disampaikan diantaranya; Overview: Role of Hydrographic Office againts Maritime Disaster, The Important of Bathymetry Data and its Impact for Damages Calculation, Tsunami Information Map, Tsunami Manner in the Building and Cultural Awareness for the Coastal Society, Volcanic Tsunami and Submarine Landslide, serta Tsunami in Indonesia: Mechanism, Characteristics, and Damage Assessment.

Berita ini dikutip dari:
http://www.tnial.mil.id/News/Seremonial/tabid/79/articleType/ArticleView/articleId/39356/Default.aspx

Bachelor Graduation Ceremony Mid-2017

News Thursday, 14 September 2017

Mid-year 2017, the Department of Geodesy Engineering graduated more than 50 final year students as a Bachelor of Engineering (ST). Of these, as many as 42 students are students who complete their studies on time (4 semesters). This period also recorded the graduation record of Geodetic Engineering with the highest graduates with the highest average GPA and the acquisition of Cum Laude degree, which is 20 people.

 

 

Wisuda Sarjana Periode I TA 2017/2018

Berita Thursday, 14 September 2017

Pertengahan tahun 2017 ini, Departemen Teknik Geodesi mewisuda lebih dari 50 orang mahasiswa tingkat akhir sebagai Sarjana Teknik (ST). Dari jumlah tersebut, sebanyak 42 orang mahasiswa adalah mahasiswa yang menyelesaikan studinya tepat waktu (4 semester). Periode ini juga mencatat rekor wisuda Teknik Geodesi dengan lulusan terbanyak dengan rerata IPK tertinggi dan perolehan gelar Cum Laude, yaitu sebanyak 20 orang.

 

 

Info Day For New Students of Geodetic Engineering Study Program

News Thursday, 7 September 2017

Info Day is an activity intended for new students of Geodetic Engineering Study Program, Engineering faculty, UGM. This event was a forum to provide various information about Geodetic Engineering Study Program such as academic activities, socialization, lecturer introduction, campus facilities and etc. Info day was attended by 103 new students, lecturers, and members of KMTG 2017. KMTG is a student organization in Department of Geodetic Engineering. Head of Geodetic Engineering Department, Mr. Ir. Prijono Nugroho D, MSP., Ph.D,  started this event and gave a speech. Then, the event continued with socialization in the classroom. Not only socialization in the classroom, but new students are invited to tour the campus and know the location of campus facilities such as laboratory, classroom, teaching room, mosque,secretariat room of KMTG, and BSO. This Tour is guided by KMTG members. At the end of the event, Mr. Harintaka, ST., MT. as the Head of Geodetic Engineering Study Program, provided advice and gave spirit for new students in Geodetic Engineering Study Program.

Membumikan Poros Maritim Dunia: Catatan atas Kuliah Umum Dubes Arif Havas Oegroseno di Teknik Geodesi UGM 23 Agustus 2017

ArtikelBeasiswa Tuesday, 29 August 2017

Pak Havas bertandang ke Fakultas Teknik tanggal 23 Agustus 2017 atas prakarsa Teknik Geodesi UGM. Ini adalah kali kedua beliau berkenan datang memberi kuliah umum setelah kedatangan pertamanya tanggal 21 Maret 2014 silam. Saya berperan sama: sebagai moderator.

Pak Havas membuka kuliahnya dengan Peta Indonesia dan membandingkannya dengan peta negara dan benua lain. Tumpang susun peta Indonesia dengan Benua Eropa, misalnya, mampu menunjukkan dengan gamblang, betapa luasnya Indonesia karena wilayahnya mencakup belasan negara di Eropa. Saat dibandingkan dengan Amerika Serikat, nampak jelas bahwa jarak dari ujung barat dan timur Indonesia lebih panjang dibandingkan jarak California-New York. Singkatnya, bentangan Indonesia lebih lebar dibandingkan daratan utama Amerika Serikat. Mengingat bentangan Indonesia terdiri dari laut dan daratan dengan ribuan pulau, terungkaplah dengan jelas, betapa kompleks konfigurasi geografis negara ini.

“Indonesia is an impossible country” kata Pak Havas menegaskan. Konfigurasi geografis yang begitu luas dan ‘terpecah-pecah’, adat istiadat yang begitu berbeda antara ujung barat dan timur, kenampakan manusia yang juga begitu berbeda antarsuku, penduduk yang ratusan juta jumlahnya, agama yang berbeda dan dan bahasa yang ratusan ragamnya, semua itu bisa menjadi faktor untuk yang memisahkan. Toh negara ini tetap bersatu hingga kini. Inilah yang membuatnya seolah-olah menjadi negara yang ‘impossible’. Pak Havas mengingatkan hadirin akan kekayaan alam dan budaya Indonesia dengan cara yang berebeda.

Di saat berikutnya Pak Havas mengajak hadirin untuk terbuka soal pemerintahan dan kepercayaan rakyat. Kita mungkin sering membaca dan mendengar berita buruk tapi faktanya, Indonesia mencatatkan diri sebagai negara dengan posisi tertinggi di dunia dalam kepercayaan dan keyakinan rakyat kepada pemerintahnya. “Bukan kita yang mengatakan itu. Orang lain melalui lembaga terpercaya yang mengungkapkannya” kata Pak Havas mantap. Secara tersamar, Pak Havas ingin membangun kesan positif hadirin akan negerinya, Indonesia. Pak havas tidak hanya berbicara soal laut, beliau sebenarnya sedang berbicara tentang kehidupan berbangsa.

Pak Havas melanjutkan kuliahnya dengan mengajak hadirin untuk mengetahui tantangan kelautan yang dihadapi Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang sebagian wilayah dan yurisdiksinya berupa laut, Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Lima tantangan utama yang diurai Pak Havas adalah 1) perlunya mengenal atau mengetahui laut dengan baik, 2) perlunya melakukan eksplorasi dan eksploitasi yang bertanggung jawab, 3) perlunya mengetahui ancaman kelautan yang ada, 4) perlunya menjaga keamanan laut, serta 5) perlunya menegaskan kepentingan Indonesia di laut kepada dunia. Kalau butir 1 hingga 4 adalah sebuah pandangan yang bersifat inward looking (ke dalam), butir kelima adalah yang fokus pada outward looking (ke luar).

Kelima tantangan di atas memerlukan sebuah respon yang baik dan tepat. Itulah yang ingin dilakukan oleh pemerintahan Jokowi-JK saat ini melalui ambisi mereka untuk mewujudkan “Poros Maritim Dunia”. Poros Maritim Dunia adalah gagasan baik namun perlu diterjemahkan dalam pilar-pilar kebijakan yang sistematis dan rencana aksi yang membumi. Jargon tidak boleh berhenti di jargon. Jargon harus diterjemahkan menjadi sebuah rencana yang operasional dan terukur pencapaiannya. Inilah yang melatarbelakangi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman untuk memelopori pembuatan Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) atau National Ocean Policy. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia kini memiliki (KKI) dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres).

KKI adalah karya monumental Indonesia yang merupakan terjemahan Poros Maritim Dunia dalam kebijakan umum dan rencana aksi. Sambil menunjukkan dua buku yang cukup tebal, Pak Havas menegaskan bahwa semua kebijakan kelautan Indonesia ada di dokumen tersebut. Ada kebijakan yang bersifat umum hingga rencana aksi yang detil dan operasional. Pak Havas menegaskan ada tujuh pilar KKI yang dikembangkan dari lima pilar Poros Maritim Dunia yang disampaikan Jokowi – JK di awal pemerintahannya. Nawa Cita tentu saja menjadi bagian tak terpisahkan dari KKI tersebut. Di akhir kuliah, Pak Havas menyerahkan dua buku KKI yang mewakili sekitar 50 eksemplar buku untuk didistribusikan di UGM.

Pak Havas sempat menceritakan dinamika dalam mewujudkan KKI. Karena hal itu harus merupakan dokumen komprehensif maka pelibatan kementerian dan lembaga menjadi sangat penting. Inilah tantangan terbesar karena tidak semua pihak memiliki semangat yang sama dalam mewujudkan KKI. Kepedulian dan kepentingan masing-masing juga berbeda dan perlu energi besar dan daya tahan yang tinggi untuk bisa bertahan di tengah pasang surut semangat antarlembaga dan kementerian itu.

Saya mencoba memahami ini sebagai suatu proses analogis yang juga terjadi di berbagai tingkat. Untuk merumuskan kebijakan di tingkat universitas, pelibatan fakultas sangatlah penting. Hanya saja, tidak semua fakultas bersedia terlibat dengan sungguh-sungguh sehingga seringkali kebijakan yang dihasilkan belum mencerminkan kepentingan semua fakultas. Untuk merumuskan kebijakan di level departemen atau program studi, pelibatan lab atau dosen sangatlah penting. Sayangnya, tidak semua pihak selalu mencurahkan energi dan perhatiannya secara proporsional. Yang menjadi masalah, setelah kebijakan sudah terwujud, biasanya ada pihak yang tiba-tiba muncul dan berkata “kok kami tidak diakomodasi?”. Pak Havas menceritakan hal yang sama dalam pembuatan kebijakan di tingkat nasional. KKI tentu tidak luput dari dinamika proses seperti itu.

Dari banyak yang dijelaskan Pak Havas soal KKI, beliau secara khusus menyampakikan soal peran dunia pendidikan dalam upaya pengelolaan keluatan di Indonesia. Reorientasi kurikulum adalah satu hal yang beliau soroti. Sejauh mana pendidikan kita telah berorientasi pada laut? “Apakah UGM memiliki klaster maritim?” tanya beliau memantik hadirin untuk berpikir. Ternyata belum. Meskipun UGM memiliki beberapa fakultas yang mengajarkan materi kelautan, belum ada klaster maritim yang diakui secara formal. Hal ini juga terjadi di institusi besar lainnya di Indonesia. Meski demikian, Pak Havas menyampaikan bahwa UI, misalnya, telah memiliki Indonesia Maritime Center (IMC) yang cukup aktif diskusi soal kelautan dan kemaritiman. UGM dan institusi lainnya harus mengupayakan hal yang sama, tegas beliau. Di UGM sendiri sebenarnya sudah ada Pokja Kemaritiman yang cukup aktif mengulas gagasan kemaritiman Indonesia dan ini tentu perlu digalakkan lagi di masa yang akan datang.

Di luar soal pendidikan, beliau menyoroti budaya bahari yang perlu direvitalisasi. Pak Havas mencontohkan, sebagian besar anak muda Indonesia tidak akrab dengan laut. Jika sekelompok anak muda ditanya “siapa yang pernah ke pantai?”, mungkin sebagian besar angkat tangan. Jika pertanyaannya dilanjutkan “siapa yang pernah naik kapal?”, mungkin lebih sedikit yang angkat tangan. Jika pertanyaannya lebih spesifik “siapa yang pernah berenang atau menyelam di laut?”, bisa jadi yang angkat tangan lebih sedikit lagi. Namun jika ditanya siapa yang main ke mall, hampir dipastikan semua orang akan angkat tangan. Ini soal budaya bahari. Keterlibatan dan kepedulian kita harus dimulai dari merevitalisasi budaya bahari kita, kata Pak Havas.

Secara khusus Pak Havas mengingatkan bahwa peran disiplin Geodesi adalah untuk menjawab tantangan kelautan yang pertama yaitu untuk mengenal lautan dengan lebih baik. Disiplin pemetaan harus diarahkan untuk mengetahui rahasia dasar laut sehingga pemahaman akan laut menjadi lebih tinggi. Secara berkelakar, Pak Havas, mengatakan bahwa lebih banyak film tentang luar angkasa dibandingkan film tentang dasar laut. Itu artinya ketertarikan kita terhadap ruang angkasa lebih besar dibandingkan ketertarikan kita terhadap sesuatu yang dekat dengan kita: laut. Hal ini benar adanya mengingat citra satelit yang meggambarkan permukaan Mars dan Bulan memang lebih detil dan lebih tinggi resolusinya dibandingkan citra/peta dasar laut yang ada saat ini. Hal ini merupakan tantangan bagi disiplin survey dan pemetaan di masa kini dan masa depan.

Pak Havas mengakhiri ceramah beliau dan membuka kesempatan untuk bertanya. Ada sembilan pertanyaan yang sangat baik dari mahasiswa Teknik Geodesi UGM. Jika saja tidak terbatas oleh waktu, tentu lebih banyak ladi pertanyaan yang mereka ajukan. Sebagai dosen Teknik Geodesi, saya merasa senang dan bangga karena pertanyaan mahasiswa itu sangat baik dan menunjukkan tingkat kepedulian intelektualitas yang baik.

Saat ada yang bertanya bagaimana cara mengubah pandangan/mindset atau budaya masyarakat agar jadi berorientasi bahari, Pak Havas memulai dengan sebuah permakluman. Bisa dipahami, kata beliau, mengapa banyak penduduk Indonesia yang sulit menyadari bahwa mereka sebenarnya orang pesisir. Bentang alam Indonesia yang begitu beragam membuat semua itu terjadi. Di hampir semua kawasan Indonesia, akan sangat mudah menjumpai gunung dan laut yang sangat dekat jaraknya. Mereka yang tinggal di sekitar Gunung Merapi, misalnya, akan sangat sulit untuk diyakinkan bahwa mereka adalah masyarakat pesisir meskipun sebenarnya tidak terlalu jauh dari Pantai Selatan. Sehari-hari mereka melihat dan menikmati kehidupan pegunungan, bagaimana mungkin mereka bisa dikatakan masyarakat pesisir, meskipun laut hanya berjarak pada kisaran puluhan kilometer dari rumah mereka. Dalam bahasa Jawa yang kental Pak Havas mensimulasikan jawaban atau sanggahan masyarakat pegunungan itu, jika mereka dikatakan sebagai masyarakat pesisir. Mereka pasti yakin bahwa mereka manusia gunung, bukan manusia pantai, kata Pak Havas.

Ilustrasi cerita di atas adalah alasan mengapa mengubah budaya ini tidak mudah. Meski demikian, edukasi bisa menintervensi secara positif. Orang gunung, meskipun tidak akan pernah teryakinkan bahwa mereka sebenarnya juga orang pesisir, bisa pelan-pelan diingatkan bahwa apa yang mereka lakukan di sana akan berpengaruh pada kondisi laut. Misalnya, sampah plastik yang mereka buang secara sembarangan ke sungai, pada akhirnya akan mengotori laut. Hal ini perlu dikisahkan dalam bentuk edukasi yang baik sehingga pelan-pelan mereka juga merasa menjadi bagian dari cerita tentang laut.

Pak Havas juga menyinggung perihal pentingnya sosialisasi kepada masyarakat saat menanggapi beberapa pertanyaan lain. Tugas pemerintah adalah melakukan diseminasi informasi hasil perumusan kebijakan agar menjadi pengetahuan publik. Meski demikian, tugas itu tentu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Diseminasi informasi ini harus juga menjadi kewajiban moral semua pihak yang telah terdidik atau telah terpapar dengan pengetahuan atau isu kelautan. Mahasiswa tentu bisa membantu hal ini dengan diseminasi informasi terkait kelautan melalui jejaring media yang dipakai generasi muda saat ini. Perihal kelautan dan kemaritiman harus juga merambah media sosial agar dia bisa secara efektif mewarnai pemikiran generasi muda.

Pertanyaan lain yang disampaikan mahasiswa Teknik Geodesi juga terkait dengan kondisi di pulau-pulau perbatasan dan bagaimana upaya pemerintah untuk membangun masyarakat yang ada di sana. Pak Havas menyampaikan usaha yang telah dilakukan sekaligus menyampaikan realitas dan tantangan yang ada. Kebutuhan infrastruktur menjadi salah satu kendala yang harus tetap ditingkatkan di masa depan.

Yang cukup berbeda, ada pertanyaan dari mahasiswa angkatan 2015 terkait dengan pertahanan dan keamanan. Dia dengan cukup fasih berkisah tentag minimum essential force yang menunjukkan pengetahuannya yang cukup luas tentang isu strategis nasional di luar bidang geodesi. Pengetahuan seperti ini penting agar kita bisa megaitkan dan menerapkan ilmu geodesi pada isu-isu strategis nasional sehingga dia menjadi ilmu bumi yang benar-benar membumi.

Diskusi berlangsung bergitu hangat, interaktif dan penuh dengan semangat. Kuliah yang secara total berlangsung selama hampir dua jam itu berjalan baik dengan peserta yang tetap antusias. Pak Havas menutup kuliahnya dengan mengingatkan bahwa kita adalah salah satu penghasil sampah plastik terbesar di dunia yang megotori laut. Setiap orang harus mengusahakan dengan serius mengurangi sampah plastik. Dengan kelakar saya ‘banggakan’ bahwa di ruang kuliah itu tidak ada air dengan kemasan plastik dan itu adalah dalam rangka mendukung kebijakan Kemenko Maritim dan disambut tepuk tangan hadirin.

Selepas memberi catatan pada kuliah umum Pak Havas, saya tutup dengan menyampaikan bahwa McKinsey & Company memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia di tahun 2030. Selain itu, Price Waterhouse Cooper juga memperkirakan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor empat dunia di tahun 2050. Semua itu belum menjadi kenyataan dan hanya akan jadi nyata jika semua pihak bekerja dengan baik. Yang diperlukan adalah cara pandang yang positif tentang Indonesia. Mengutip Marcel Proust, saya mengatakan bahwa “penemuan sejati itu bukanlah tentang menemukan hal baru tetapi tentang memiliki mata baru”. “Hari ini, Pak Havas telah meminjamkan mata baru sehingga kita bisa memiliki sudut pandang baru dalam melihat Indonesia.” Kuliah umum berakhir dengan riuh tepuk tangan.

I Made Andi Arsana
Teknik Geodesi UGM

Di udara antara Jakarta dan Bali, 24 Agustus 2017
Catatan ini tidak merekam semua materi kuliah umum

Syawalan dan Reuni Katdesi

Uncategorized Tuesday, 29 August 2017

Pada tanggal 22-23 Juli 2017 lalu, KMTG Kabinet Poligon bersama KATDESI (Keluarga Alumni Teknik Geodesi) telah mengadakan kegiatan tahunan syawalan dan  reuni. Istimewanya tahun ini, acara tersebut digelar di Yogyakarta. Acara tersebut terdiri dari tiga rangkaian acara yakni Alumni Refresher Course, Angkringan Alumni Berbagi, dan acara puncaknya yakni Family Gathering.

Acara pertama yakni Alumni Refresher Course (ARC) yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 22 Juli 2017 di ruang kuliah Kampus Teknik Geodesi UGM. Inti dari acara ini adalah untuk menyegarkan kembali ingatan alumni akan materi-materi yang pernah diajarkan semasa kuliah. Selain itu, ARC dijadikan sebagai ajang berbagi pengetahuan sesama alumni. Dalam acara ini, akan dihadirkan berbagai sesi kuliah dari dosen maupun alumni. Di antaranya low-cost positioning dengan mobile-phone assisted GNSS, seluk beluk industry UAV untuk pemetaan Indonesia, dan geopolitik: aspek geospasial dan legal batas maritime internasional.

Pada hari yang sama, juga digelar acara Angkringan Alumni Berbagi di Kampus Teknik Geodesi UGM. Acara ini diisi dengan kegiatan sharing alumni mengenai dunia kerja serta memberikan motivasi kepada adik-adik mahasiswa Teknik Geodesi. Sesuai namanya, acara ini menghadirkan gerobak angkringan dengan berbagai macam menu.

Pada hari Minggu, 23 Juli 2017 diselenggarakan acara puncak yakni Family Gathering. Acara reuni tersebut bertempat di Outbound Ecopark Jalan Kaliurang KM 19,2 Desa Sambi Sleman. Family Gathering mengundang alumni beserta keluarga,  mahasiswa, karyawan, juga dosen dan keluarga. (Annisa W. Geodeta 2015)

Recruitment of non-civil service lecturers of Gadjah Mada University

News Monday, 28 August 2017

Universitas Gadjah Mada (UGM) opens the opportunity for a career as a permanent non-civil servant lecturer at Gadjah Mada University, in 2017. Registration can be done through https://rekrutmen.sdm.ugm.ac.id/. On this occasion the Geodesy Engineering Department opened a number of 4 vacancies for non-civil service lecturers positions in UGM Geodesy Engineering S1 Program. Terms and conditions of registration can be seen on UGM Human Resources website.

123

Agenda

May 2025
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031  
« Sep    

Recent Posts

  • A Talk on Digital Twin for Mining Operations from Prof. Trias Aditya on the occasion of ASABA Geo Tech Summit 2024
  • Guest Lecture by Trias Aditya at TUM, Germany
  • Selected Participants for Short Course, “UAV Photogrammetry for 3D Model Reconstruction and Inspection”
  • Empat Program Studi UGM Dapat Akreditasi Internasional ABET
  • Menangi Kompetisi dengan Aplikasi Pariwisata, Mahasiswi UGM dikirim ke California
Universitas Gadjah Mada

Department of Geodetic Engineering

Faculty of Geodetic Engineering Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika no.2 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
  (+62274) 520226
  geodesi@ugm.ac.id

Direktori

  • Universitas Gadjah Mada
  • Fakultas Teknik UGM
  • Jurnal JGISE

Tautan

  • Jurnal Geodesi
  • Katdesi
  • KMTG
  • Geodeta UGM

Sosial Media

  • Instagram
  • Twiter
  • Facebook
  • Email

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY