Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) selama lima hari dari tanggal 11-15 September 2017 sebagai tuan rumah dalam kegiatan Training in Hydrographic Survey for Disaster Management and Relief bertempat di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Senin (11/9).
Pelatihan yang memfokuskan pada peran survei hidrografi dalam pengelolaan dan penanggulangan bencana alam ini diikuti oleh 25 peserta yang berasal dari 12 negara anggota East Asia Hydrographic Commission (EAHC), yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, Vietnam, Jepang, Cina, Korea Selatan serta Indonesia sebagai tuan rumah.
Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro dalam sambutannya pada pembukaan training, antara lain mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu program EAHC, dimana Indonesia merupakan salah satu anggotanya. Sebagai anggota Komunitas hidrografi dan pemetaan, Indonesia harus berupaya meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya di negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik Selatan.
Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan hidrografi, mulai dari saat pengumpulan, pengolahan, dan analisa data yang dapat digunakan untuk mengelola dan meminimalkan korban akibat bencana alam serta guna menetapkan rute alternatif untuk keselamatan navigasi bagi kapal-kapal yang berlayar di sekitar daerah bencana, serta up dating data hidrografi yang merupakan hal yang sangat penting demi suksesnya misi bantuan kemanusiaan penganggulangan bencana.
Turut hadir, Deputi I Kemenkomar Dr. Arief Havas Oegroseno yang menyampaikan perspektif kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana dan arti penting dari dukungan pemetaan hidrografi dalam mitigasi bencana maupun dukungan penanggulangan bencana. Selanjutnya Ka BNPB Laksda TNI (Purn) Willem Rampangilei juga menyampaikan peran dan tugas BNPB dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana serta mitigasi bencana. Ia juga menyampaikan bahwa penanggulangan bencana membutuhkan sinergitas antara kelembagaan pemerintah, khususnya Pushidrosal dalam upaya pencegahan bencana maupun pasca bencana serta upaya tanggap darurat dalam memetakan daerah terdampak bencana dan pemetaan area akses maupun daerah bencana.
Selama lima hari, seluruh peserta akan mendapatkan pelatihan dari para ahli hidrografi dari Jepang dan Indonesia, antara lain Abdul Basith, Phd dari UGM, Gegar Sapta Prasetya, Bsc, Msc, Phd dari Tsunami Research Foundation Indonesia, Dr. Rer.nat. Poerbandono dari ITB, Prof. Ir. Radianta Triatmaja, Phd dari UGM, Kolonel Laut (E) Yanuar Handwiono, SH, M.Tr(Han) serta dua orang ahli dari Jepang yaitu Dr. Takashi Tomita dan Dr. Yoshihiro Matsumoto.
Titik fokus dari pelatihan ini selain berupa penyampaian materi dan pengetahuan, pertukaran pengalaman aspek hidrografi dari para peserta maupun para ahli dalam mengatasi dan menanggulangi bencana alam, yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu misi nasional, kebijakan, dan program-program yang berkaitan dengan penanggulangan bencana alam di Indonesia dan aspek teknik dan sosial pengelolaan dan penanggulangan bencana alam yang meliputi pemulihan, identifikasi risiko, pencegahan dan penanganan bencana serta kesiapsiagaan.
Adapun materi pokok yang disampaikan diantaranya; Overview: Role of Hydrographic Office againts Maritime Disaster, The Important of Bathymetry Data and its Impact for Damages Calculation, Tsunami Information Map, Tsunami Manner in the Building and Cultural Awareness for the Coastal Society, Volcanic Tsunami and Submarine Landslide, serta Tsunami in Indonesia: Mechanism, Characteristics, and Damage Assessment.
Berita ini dikutip dari:
http://www.tnial.mil.id/News/Seremonial/tabid/79/articleType/ArticleView/articleId/39356/Default.aspx