Yogyakarta, 12 Februari 2025 — Departemen Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengawali konferensi internasional Geo-Land-Sea 2025 dengan fokus pada revolusi digital dalam sains data geospasial. Acara yang diikuti 40 peserta luring dan 60 daring ini menghadirkan pakar global untuk menjawab kompleksitas tata ruang terintegrasi di negara kepulauan.
Dekan DTGD UGM, Prof. Selo, dalam sambutannya menegaskan, “Integrasi data darat-laut melalui teknologi mutakhir bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan krusial untuk ketahanan pangan, mitigasi bencana, dan pemerataan pembangunan.” Pernyataan ini diamini Ketua Panitia Dr. I Made Andi Arsana yang menyebut konferensi ini sebagai “laboratorium ide untuk menyinkronkan kebijakan publik dengan inovasi geospasial.”
Puncak acara hari pertama diisi empat keynote speaker internasional. Prof. Walter de Vries dari Technical University of Munich (TUM) memaparkan konsep “Smart Sea Fence” — sistem pemantauan maritim berbasis kecerdasan buatan yang mampu memprediksi perubahan garis pantai secara real-time. “Teknologi ini telah diujicoba di Delta Mekong dan siap diadaptasi untuk pantai Indonesia yang dinamis,” jelasnya.

Prof. Christoph Claramunt dari Naval West France Univ memperkenalkan prototipe “Digital Twin Samudra”, model virtual yang mensimulasikan interaksi arus laut, sedimentasi, dan dampak perubahan iklim. “Laut bukan sekadar hamparan air, tetapi ruang hidup kompleks yang membutuhkan pemodelan multidimensi,” tegasnya. Sementara Prof. Trias Aditya (UGM) mendemonstrasikan sistem kadaster augmented reality (AR) yang memvisualisasikan batas tanah 3D melalui gawai, terobosan yang disebutnya “revolusi partisipatif dalam resolusi sengketa lahan.”
Isu teknis sistem referensi vertikal diangkat Prof. Leni Sophia Heliani melalui “Geoid2020”, standar tinggi terpadu untuk menyelaraskan data topografi darat dan batimetri laut. “Konsistensi referensi geospasial ini krusial untuk infrastruktur strategis seperti tol laut dan tanggul raksasa,” paparnya.

Sesi siang menyoroti implementasi industri. Yantisa Akhadi, Data Scientist GoTo, membagikan algoritma K-Means untuk mengoptimasi 45 juta transaksi harian dengan analisis klaster lokasi pengguna. “Akurasi titik layanan meningkat 92% berhasil tekan biaya logistik,” ujarnya. Dr. Rizqi Abdulharis (ITB) melengkapi dengan studi kasus tata kelola terintegrasi 3R (Hak, Pembatasan, Tanggung Jawab) di Kepulauan Maluku.
Acara ditutup dengan ekshibisi teknologi AR untuk pemetaan partisipatif dan gala dinner berbahan seafood berkelanjutan. Hari kedua akan fokus pada kebijakan blue economy dan aplikasi AI dalam valuasi aset maritim, mengusung tema “Governance of Land-Sea Resources & Geospatial Technology”.